Blog SABDA
20Aug/180

Staf SABDA Mengikuti Seminar Panggilan dan Nilai Guru

Oleh: Lena

Saya bersyukur diberi kesempatan mengikuti Seminar & Workshop Guru KAA “PANGGILAN DAN GURU NILAI GURU” yang diselenggarakan oleh Gereja GUPdI Pasar Legi, Solo, pada 29 Juli 2018. Awalnya, saya menolak untuk mengikuti seminar dan workshop ini karena bertepatan dengan pelayanan saya di gereja. Untuk mengikuti acara ini, saya harus mengorbankan satu pelayanan, yaitu tidak melayani di pelayanan anak, awalnya hati berat untuk meninggalkan pelayanan tersebut. Namun, saya meminta hikmat Tuhan dan akhirnya saya memutuskan untuk mengikuti seminar dan workshop ini. Dengan harapan, saya bisa membagikan kepada teman-teman di sekolah minggu mengenai panggilan dan nilai guru. Seminar ini diikuti oleh anggota tim Pendidikan Kristen SABDA, yaitu: Ariel, Tika, dan Lena.

Sesampainya di GUPdI Pasar Legi, kami disambut dengan ramah oleh panitia. Puji Tuhan, karena terlalu semangat untuk menghadiri seminar tersebut, kami adalah peserta pertama yang datang menghadiri acara seminar. Kami harus menunggu peserta yang lain, dan sempat berpikir hal apa yang harus saya lakukan dengan waktu yang cukup lama menunggu teman-teman yang lain, selain menggunakan smartphone ini? Bukan secara kebetulan, kami berkenalan dengan pasangan suami-istri yang bernama Budi dan Wati. Setelah kami memperkenalkan nama kami dan mengatakan bahwa kami adalah perwakilan dari SABDA, Bapak Budi langsung antusias dan menceritakan bahwa beliau juga memakai produk-produk SABDA. Beliau banyak terberkati dari pelayanan SABDA. Kepada mereka, kami juga memperkenalkan produk-produk SABDA yang baru yang dapat menolong untuk memperlengkapi pelayanan dan kehidupan mereka. Tidak terasa, kami menggunakan waktu cukup lama untuk berkenalan dan memperkenalkan pelayanan SABDA. Peserta pun berdatangan dan acara akan dimulai.

Acara dimulai dengan pujian dari panitia dan juga “ice breaker” pengakraban dari pembicara, yaitu Ibu Mercy. Menurut saya, permainannya cukup efektif untuk mengenal satu dengan yang lain. Acara yang dinantikan pun tiba. Ibu Mercy menyampaikan materi mengenai “PANGGILAN DAN NILAI GURU”. Pada sesi I, beliau menyampaikan materi mengenai tantangan perubahan dunia yang telah merampas dan merusak generasi. Apa yang harus dilakukan gereja, orang tua, dan guru sekolah minggu? Kebanyakan guru sekolah minggu tidak menjadikan diri mereka sebagai sarana utama dalam mengajar, melainkan media sebagai alat utama untuk menghibur anak-anak sekolah minggu. Oleh sebab itu, anak-anak datang ke sekolah minggu karena ingin bermain, menonton film, dan mendapatkan hadiah. Sungguh, hal ini ironis! Saat Ibu Mercy menjelaskan materi tersebut, saya pribadi mengoreksi diri saya dan pelayanan saya selama ini. Saya lantas minta ampun kepada Tuhan karena saya melakukan seperti yang dikatakan Ibu Mercy. Setelah sesi 1 berakhir, kami pun istirahat untuk makan siang. Ketika makan siang berlangsung, ternyata ada diskusi yang membahas mengenai pelayanan dari gereja masing-masing. Dari share teman-teman, saya menyimpulkan bahwa guru-guru kurang persiapan untuk melayani anak-anak dan guru-guru lebih mengutamakan media film dan permainan dibandingkan guru itu sendiri.

Waktu istirahat pun usai, berlanjut untuk sesi II. Dalam sesi ini, Ibu Mercy menjelaskan mengenai “Tantangan Gereja, Orang tua, dan Sekolah Minggu”. Iblis bekerja keras menghancurkan gereja, orang tua, dan sekolah minggu. Namun, mengapa gereja, orang tua, dan sekolah minggu tidak berbenah diri untuk membangun anak-anak? Ibu Mercy mengatakan bahwa masih banyak gereja yang belum dibukakan mati hatinya untuk jiwa anak-anak. Masih banyak gereja yang tidak peduli untuk sekolah minggu. Gereja tidak melihat bahwa anak-anak adalah masa depan gereja, yang menentukan mati-hidupnya gereja. Dari sisi orang tua, Ibu mercy menyoroti bahwa sering kali orang tua berpikiran bahwa yang bertanggung jawab untuk mengajarkan firman Tuhan kepada anak-anak mereka adalah gereja dan guru sekolah minggu. Orang tua mengabaikan tugas utama mereka dalam mendidik anak-anak mereka untuk takut akan Tuhan. Dari sisi guru sekolah minggu, Ibu Mercy menyoroti bahwa banyak guru sekolah minggu yang kurang persiapan dan tidak punya beban untuk mendidik anak-anak.

Saya bersyukur mengikuti acara ini, sekalipun saya tidak mendapatkan pelatihan untuk guru sekolah minggunya, sebab waktu tidak cukup. Ada banyak hal yang saya dapatkan dari seminar ini dan memaksa saya untuk membenahi diri saya sebagai guru sekolah minggu. Terima kasih. Tuhan memberkati.

Tentang Lena Nainggolan

Fatimah Lena Nainggolan telah menulis 1 artikel di blog ini..

Cetak tulisan ini Cetak tulisan ini
Comments (0) Trackbacks (0)

No comments yet.


Leave a comment

Connect with Facebook

No trackbacks yet.