Blog SABDA
11Jul/161

Diskusi FB Grup Bio-Kristi

Bulan Maret 2016, YLSA membuka satu lagi grup diskusi yaitu grup diskusi Bio-Kristi (Biografi Kristiani). Tujuan YLSA membuka grup diskusi ini adalah agar Facebook Grup Bio-Kristi dapat menjadi sarana bagi orang-orang percaya untuk semakin bertumbuh dan menyadari cinta kasih Tuhan melalui kehidupan tokoh-tokoh Kristen yang telah menjadi teladan iman dalam karya dan hidupnya. Lebih lanjut tentang deskripsi, visi, misi, serta aturan dari grup diskusi ini dapat dilihat dalam Deskripsi Facebook Grup Bio-Kristi .

Artikel yang diangkat sebagai topik dalam diskusi perdana grup Bio-Kristi adalah Dietrich Bonhoeffer, seorang teolog Kristen dari Jerman yang gigih menentang kekejaman NAZI dalam masa perang dunia ke-2. Tokoh ini diangkat sebagai bahan dalam diskusi perdana karena Dietrich Bonhoeffer menjadi teladan nyata yang gigih memperjuangkan kebenaran imannya sampai mati. Hidup, karya, dan kesungguhannya yang rela membayar harga sebagai pengikut Kristus kami anggap tepat untuk memaknai momen Paskah tahun ini. Dengan melihat hidup dan perjuangan dari Bonhoeffer, kami berharap agar setiap peserta yang mengikuti diskusi dapat memahami arti dari bagaimana menjadi pengikut Kristus yang sesungguhnya dan menghargai anugerah Kristus yang mahal.

Dalam kolom Tahukah Anda edisi Bio-Kristi ke 152 yang menampilkan tokoh pendidikan Brazil, Paulo Freire, disebutkan bahwa Freire menganggap penting dialog dalam proses pembelajaran. Dialog, menurut Freire adalah model komunikasi yang alami untuk belajar karena dalam dialog peserta didik diakui sebagai mitra yang sejajar. Dialog memungkinkan kesempatan untuk belajar bersama, dibanding sekadar mengajar. Dialog diawali dengan penghargaan karena kita berdialog untuk belajar dari mereka yang kita ajar. Nah, dalam proses diskusi, dialog sesungguhnya juga menjadi faktor yang dipraktikkan karena setiap peserta diskusi akan mengungkapkan pendapatnya dalam semangat penghargaan kepada peserta lain yang juga mengungkapkan pendapatnya. Tidak ada peserta atau moderator yang akan merasa dirinya lebih tinggi atau lebih pintar dari yang lain, karena setiap orang menyadari bahwa pendapat mereka akan saling melengkapi dan disempurnakan oleh pendapat yang lain. Dengan demikian, proses pembelajaran yang terjadi pun tidak berlangsung satu arah, tetapi dari berbagai arah karena setiap peserta memberikan kontribusinya.

Dari uraian tersebut, kita tentu menjadi semakin paham akan pentingnya diskusi sebagai salah satu cara pembelajaran. Selain menjadi ajang bagi setiap orang untuk mengemukakan pendapat, pengetahuan, serta wawasannya, diskusi dapat juga menjadi sebuah situasi belajar di mana setiap orang berada dalam posisi yang sejajar dan sama untuk bersikap terbuka dalam menerima pendapat dari yang lain, yang mungkin sangat berbeda dan berlawanan. Tanpa memiliki semua semangat tersebut, diskusi hanya akan menjadi ajang debat kusir, pamer pengetahuan, atau yang lebih buruk lagi, sekedar untuk menjawab pertanyaan yang diajukan moderator. Tak ada manfaat dari berdiskusi yang dapat kita temui dalam situasi seperti itu. Oh ya, satu lagi, terbiasa berdiskusi juga akan meningkatkan keterampilan kita dalam berbahasa, berkomunikasi, dan menjadi kritis, yang tentu akan sangat berguna dalam karya dan pelayanan kita.

Sebagai moderator dari grup diskusi Bio-Kristi, saya merasa mendapat banyak kesempatan belajar dengan terlibat di dalamnya. Bukan hanya karena mendapat pelajaran dan wawasan yang baru dari proses diskusi yang berlangsung, tetapi juga karena dalam prosesnya saya sendiri kemudian menyadari bahwa saya masih harus belajar banyak untuk menjadi moderator yang baik, yang dapat mendorong setiap peserta untuk berdiskusi secara aktif dan mengajukan pertanyaan dan komentar-komentar yang akan menambah seru jalannya diskusi. Sementara dari tokoh Dietrich Bonhoeffer yang menjadi topik dalam diskusi perdana ini saya belajar bahwa sebagai orang Kristen kita sesungguhnya juga dipanggil untuk tidak menjadi sama dengan dunia ini, terutama dalam melawan ketidakadilan dan ketidakbenaran. Bonhoeffer berani menyatakan warna kekristenannya yang berbeda untuk melawan arus utama yang salah. Dan, ia mau membayar harga. Ia sungguh-sungguh menilai anugerah dari Kristus bukan sebagai anugerah yang murah dan mudah.

Dari pihak peserta, saya merasa mereka telah cukup berpartisipasi secara aktif dengan memberi pendapat dan komentarnya, meski ada beberapa orang yang tidak melengkapi jawaban diskusi sampai pada pertanyaan terakhir. Ada beberapa peserta yang juga rupanya cukup aktif sebagai anggota dari FB grup YLSA lainnya, seperti KBS atau FB Wanita Kristen. Yang istimewa, sebagian besar dari anggota diskusi FB grup Bio-Kristi ini adalah kaum wanita (9 dari 10 peserta aktif). Wow, salut untuk kaum wanita 🙂 Saya berharap, selain mereka, masih ada banyak lagi peserta lainnya yang mau ikut bergabung bersama dalam diskusi tokoh Bio-Kristi selanjutnya.

Nah, jika Anda tertarik untuk belajar bersama melalui proses diskusi dalam media sosial, mari bergabung bersama FB grup diskusi Bio-Kristi. Melalui grup ini kita dapat saling belajar dan memperdalam pengetahuan guna memiliki kesadaran sejati akan panggilan hidup orang percaya melalui hidup yang telah dijalani oleh tokoh-tokoh Bio-Kristi. Selain diskusi tokoh Dietrich Bonhoeffer yang sudah dilakukan pada bulan Maret, diskusi mengenai tokoh Martin Luther juga baru saja kami selesaikan pada akhir bulan Juni lalu. Diskusi grup Bio-Kristi selanjutnya akan diadakan pada bulan September 2016, dan silakan mendaftarkan diri untuk bergabung bersama. Kami tunggu keikutsertaan Anda 🙂

Okti

Tentang Okti

Okti Nur Risanti telah menulis 47 artikel di blog ini..

Cetak tulisan ini Cetak tulisan ini
Comments (1) Trackbacks (0)
  1. hore, saya sudah bergabung dengan grup ini 😀


Leave a comment

Connect with Facebook

No trackbacks yet.