Penyertaan Tuhan dalam Proses Magang
Oleh: Cleming Tedjokusumo*
Pemeliharaan dan penyertaan Tuhan selama proses magang di SABDA sangat terasa nyata, bahkan sebelum saya mulai magang. Berawal dari sharing kakak kelas, Kevin Fidelis yang baru saja pulang menyelesaikan magangnya di SABDA. Pada saat itu, saya merasakan panggilan Tuhan yang jelas untuk saya magang di SABDA ini. Sementara teman-teman seangkatan sibuk mencari tempat magang, saya sudah mengirimkan lamaran magang kepada pihak SABDA dan singkat cerita saya diterima untuk magang selama dua bulan. Pergumulan mulai muncul ketika saya tidak dapat menemukan teman yang mau ikut magang bersama saya di SABDA. Banyak yang beranggapan kota Solo terlalu jauh. Pergumulan bertambah lagi ketika saya menerima proyek yang diberikan oleh pihak SABDA. “Simple Cloud Interface yang Dilengkapi dengan Metadata”, itulah judul magang yang diberikan kepada saya.
Cloud dan metadata. Dalam perkuliahan saya hanya mendapatkan teori mengenai cloud, sedangkan metadata, pada saat saya membaca email itulah pertama kali saya tahu ada yang namanya metadata. Malam itu, saya tidak bisa tidur dengan tenang, dihantui oleh Cloud dan Metadata. Akan tetapi, karena saya tahu bahwa ini adalah suatu panggilan dari Tuhan, saya memutuskan untuk terus maju sekaligus mempersiapkan diri meskipun tetap tidak tahu bagaimana nasib saya di tempat magang nanti.
Pada bulan Januari 2016, saya memulai magang di Yayasan Lembaga SABDA. Ada sebuah kejutan besar! Ternyata ada dua teman seangkatan dari Petra yang ikut magang di SABDA, yaitu Steven dan Alex. Singkat cerita, kami memulai magang di SABDA. Begitu masuk hari pertama, sungguh di luar dugaan, kami malah disuruh mencari masalah. Cari masalah bukan berarti saya cari gara-gara dengan teman sekantor, tetapi masalah yang menjadi latar belakang dikerjakannya proyek ini. Saya belajar satu cara startup yang dinamakan Lean Startup yang mana memiliki siklus Build-Measure–Learn. Sebelum menggarap suatu proyek, saya belajar untuk mencari tahu masalah apa yang sedang dihadapi dan tujuan proyek yang sedang saya buat ini. Dengan demikian, saya semakin memahami apa yang menjadi masalah user dan mencari solusi untuk mengatasi masalah tersebut. Setelah menemukan solusi, selanjutnya adalah tahap perencanaan. Tahap perencanaan ini adalah tahap yang sangat penting, dan selama ini saya meremehkan satu perencanaan. Inginnya langsung cepat-cepat kerja. Saya belajar bahwa “fail to plan” adalah sama dengan “plan to fail”.
Saya juga belajar untuk bekerja sama sebagai satu tim, yaitu tim Exodus. Tim Exodus terdiri dari empat orang, yaitu Bara, Alex, Steven, dan saya sendiri. Mengapa dinamakan Exodus? Ketika memikirkan nama tim, pada awalnya saya merasa bingung. Namun, suatu ide memang terkadang bisa tiba-tiba saja muncul, di mana saja, dan kapan saja. Ketika sedang mencuci baju (ya, benar-benar sedang mencuci pakaian kotor yang menumpuk di sore hari yang mendung), saya teringat bahwa keadaan saya dan teman-teman ini sedang dikeluarkan dari zona nyaman masing-masing. Pada saat itu, kami berempat benar-benar tidak tahu apa itu Cloud, apa itu Metadata, dan bahan-bahan SABDA itu sangat banyak. Masalah yang sedang dihadapi terasa begitu besar dan tidak menemukan kejelasan. Hal ini serupa dengan keadaan bangsa Israel ketika baru dikeluarkan dari Mesir. Mereka benar-benar tidak tahu ke mana Tuhan menuntun mereka. Berputar-putar tanpa tujuan yang jelas di padang gurun selama puluhan tahun (kalau kami kurang lebih, ya hanya beberapa minggu). Meskipun demikian, toh pada akhirnya bangsa Israel dapat masuk ke tanah perjanjian walau dengan perjuangan yang berat. Melihat keadaan dan permasalahan yang serupa, akhirnya disetujuilah nama tim Exodus. Bersama-sama kami berjuang dalam proses magang selama dua bulan hingga menghasilkan satu produk yang dinamakan “SABDA Library” atau disingkat SALib.
Saya sangat bersyukur karena Tuhan menempatkan saya di dalam satu komunitas yang membangun di Yayasan Lembaga SABDA ini. Setiap pagi sebelum memulai pekerjaan selalu ada pemahaman Alkitab dalam kelompok. Sepanjang Januari — Februari, kebetulan YLSA sedang melakukan PA dengan bahan dari buku “Jesus Freak“. Saya belajar bahwa sebelum melakukan pekerjaan akan sangat baik bila dimulai dengan berdoa dan merenungkan firman Tuhan. Ada juga persekutuan doa tiap hari Senin dan Jumat. Sepulang kerja pun, ada teman-teman di mess yang asyik, baik untuk bertumbuh secara iman dan karakter, maupun bertumbuh berat badan :D.
Bagi saya, kesempatan magang di Yayasan Lembaga SABDA benar-benar bukti nyata, betapa indahnya bila apa yang saya suka dan apa yang saya kerjakan itu sejalan dengan panggilan dan kehendak Allah. Meskipun pada awalnya saya khawatir dan takut, tetapi kini saya memahami maksud Tuhan dari semua proses yang saya alami selama magang di SABDA ini. Untuk dapat diproses oleh Tuhan secara luar biasa, terlebih dulu saya harus keluar (atau dikeluarkan) dari zona nyaman saya. Setelah keluar dari zona nyaman, yang bisa saya lakukan adalah menyerahkan diri sepenuhnya ke dalam tangan pemeliharaan Tuhan, dan melakukan apa yang menjadi kehendak-Nya. Bukti nyata juga bahwa Tuhan Yesus adalah gembala yang baik, Ia memelihara saya dengan kasih-Nya yang sempurna, saya merasa puas.
Mazmur 23:1: “Tuhan adalah gembalaku; takkan kekurangan aku.”
Kategori: Pelayanan
Kata kunci:
Leave a comment