Blog SABDA
1Mar/162

Belajar Melayani dan Bekerja di YLSA

Oleh: Bara Okta Pratista Johannanda*

Dua bulan saya berkesempatan mencicipi bagaimana rasanya magang di Yayasan Lembaga SABDA (YLSA), mulai dari 4 Januari sampai 27 Februari 2016. Pada waktu mencari dan mengajukan tempat magang di kampus, Yayasan Lembaga SABDA sudah menjadi salah satu pilihan tempat magang saya. Sejak masih kecil, saya sudah sering mendengar tentang SABDA dan sudah ada beberapa CD Software SABDA di rumah saya sehingga nama “Yayasan Lembaga SABDA” bukanlah nama yang asing bagi saya (meskipun ternyata saya masih tidak mengerti apa saja bentuk bahan dan pelayanan dari YLSA).

Di kampus, hanya ada beberapa mahasiswa yang mengajukan permohonan magang pada bulan Januari 2016, hal ini pula yang membuat saya menjadi ‘single fighter’ dari kampus Informatika UNS angkatan 2013 dalam mengajukan permohonan magang di YLSA. Bersyukur sekali, ketika saya menghubungi Bu Yulia untuk permohonan magang, Bu Yulia mengatakan bahwa saya bisa mengirimkan surat permohonan untuk periode Januari — Februari 2016, saya baru menghubungi pada bulan Desember 2015 karena permohonan saya di perusahaan lain tidak diterima. Setelah saya mengirimkan dokumen permohonan, seperti yang biasa dilakukan dalam seleksi dan rekrutmen staf Yayasan Lembaga SABDA yang lain, saya lebih dulu datang ke kantor untuk melakukan wawancara dan beberapa tes lain. Bersyukur juga karena sebelum mulai magang, saya diberi kesempatan untuk mengikuti raker tahun 2015 bersama dengan staf YLSA yang lain. Tanggal 4 Januari 2016, hari pertama untuk magang, bersyukur karena ada tiga mahasiswa magang lain dari Universitas Kristen PETRA, Surabaya,dan tim magang kami ini mengerjakan satu proyek, yaitu proyek cloud.

Selama dua bulan berinteraksi dengan kakak-kakak staf SABDA, bekerja sama dengan mereka, dan tentunya bekerja sama dengan teman-teman magang dari Universitas Kristen Petra, banyak pelajaran yang saya dapatkan. Tim magang selama bulan Januari — Februari 2016 ini akhirnya disebut dengan tim Exodus, nama yang didapatkan secara ajaib oleh Cleming setelah beberapa waktu kami stuck dengan nama tim. Tantangan besar sudah dimulai pada hari pertama kami melakukan magang, di mana proses pembuatan sistem, yang akhirnya disebut dengan SABDA Library (SALib), dilakukan dengan menggunakan prinsip Lean. Tim Exodus bekerja dengan menggunakan prinsip Lean Startup dengan rekursi atau perulangan dari tahap ‘Build-Measure-Learn‘. Prinsip Lean ini merupakan hal baru bagi kami apalagi untuk melakukan implementasi Lean Startup ke dalam proses kerja tim Exodus.

Minggu pertama pada bulan Januari, kami gunakan untuk mempelajari prinsip-prinsip Lean Startup dan Lean Software Development, yang hasilnya adalah sebuah Lean Canvas yang menunjukkan arah kerja atau tujuan dari tim Exodus selama dua bulan magang di YLSA. Inilah menariknya magang di YLSA, bahkan pada hari pertama magang kami sudah melakukan brainstorming dan bukan hanya bersantai-santai. Minggu kedua dan ketiga diisi dengan melakukan riset mengenai Digital Asset Management dan tools yang dapat digunakan untuk membantu mengimplementasikan proyek SALib. Sangat bersyukur karena sebelum memulai suatu proyek kami diajak untuk terlebih dahulu memahami latar belakang masalah, dasar-dasar pengetahuan yang tentu akan sangat berguna ketika sudah melakukan implementasi sistem. Kami dibimbing untuk bukan hanya mengerjakan suatu proyek, tetapi juga mengerti latar belakang kami dalam melakukan suatu proyek. Menarik, karena prinsip dan cara berpikir seperti ini akan sangat membantu, bukan hanya dalam bidang pekerjaan saja, tetapi dalam setiap segi kehidupan tentu kita harus tahu apa yang mendasari keputusan kita dan bukan hanya asal ikut saja :).

Selesai dengan urusan riset, kami mulai mengimplementasikan hasil riset dan menggunakan salah satu tool untuk membuat sistem SALib. Bermula dari banyaknya bahan dalam bentuk digital yang dikelola oleh YLSA, proses pembuatan sistem ini tidak hanya murni coding, tetapi juga melakukan pemrosesan terhadap bahan-bahan yang akan dimasukkan ke dalam sistem SALib itu sendiri. Dengan adanya ketiga teman dari Universitas Kristen Petra ini, saya merasa sangat terbantu dan bersyukur melihat proses kerja sama di tim Exodus, dan tentunya kerja sama dengan tim ITS. Bersyukur dengan ketiga anggota Exodus yang lain, yang bersama-sama bekerja, saling mengingatkan, bersyukur dipercaya untuk memimpin tim Exodus sebagai project manager, suatu pengalaman yang istimewa juga bagi saya secara pribadi. Menikmati juga kuliah-kuliah panjang, tetapi penting, proses Scrum dengan mas Hadi yang menjadi penasihat dan penyelamat di tim Exodus 😀 dan mbak Evie yang menjadi penengah bila kami terlalu panjang berdiskusi. Selalu ada tantangan setiap hari, dan pada akhirnya kami sangat bersyukur ketika pada minggu ke tujuh sistem SALib sudah bisa dipresentasikan di hadapan pemimpin dan seluruh staf SABDA. Bersyukur juga untuk tim ITS dan mas Hadi yang dengan setia membimbing tim Exodus sehingga selama dua bulan sudah ada hasil yang bisa ditunjukkan.

Saya menantikan kembali waktu untuk saya bisa berlatih melayani melalui teknologi di YLSA ini :).

Tentang Penulis Tamu

telah menulis 197 artikel di blog ini..

Cetak tulisan ini Cetak tulisan ini
Comments (2) Trackbacks (0)

Leave a comment

Connect with Facebook

No trackbacks yet.