Ratapan Yeremia Adalah Ratapan Kita
Sebelum Bedah Kitab Ratapan dimulai, saya terlibat dalam proses rekaman promosi kelas ini. Saat membaca kalimat pengantar yang memperkenalkan kelas ini, saya bisa merasakan beban Tuhan atas umat-Nya. Namun, ternyata itu hanya sedikit rasa yang dihadirkan dalam Bedah Kitab Ratapan. Tidak lama setelah itu, saya ditunjuk untuk menjadi admin kelas BK_Ratapan 2, yang beranggotakan 22 peserta.
Pada Rabu, 22 September, kelas pun dimulai dengan perkenalan peserta. Senang rasanya bisa mengenal lebih banyak sahabat dalam sesi perkenalan dalam kelas tersebut. Selaku admin, saya juga bertanggung jawab untuk mengingatkan dan mengiring peserta untuk saling mengenal. Sungguh disayangkan karena pada hari kedua dan ketiga, delapan orang peserta harus dikeluarkan dari grup diskusi karena tiga orang mengalami kesibukan kerja dan lima orang tidak mengirimkan hasil penggalian kitab Ratapan. Rasanya sedih kehilangan delapan orang dalam diskusi.
Diskusi hari demi hari berjalan, peserta saling menimpali sharing dari peserta lainnya. Walau peserta yang saling berbagi, tetapi saya selaku admin pun ikut membaca dan belajar dari hasil penggalian yang mereka berikan. Betapa hancurnya hati Yeremia terhadap bangsa pilihan Tuhan yang melakukan dosa. Dia melihat bagaimana Yerusalem diruntuhkan dan banyak dari mereka dilenyapkan dan dibawa menjadi budak. Tuhan menunjukkan keadilan-Nya atas umat-Nya. Dia membenci dosa dan menentang musuh-musuh yang menghina-Nya. Perlu kita perhatikan bahwa Allah bukan hanya adil, tetapi juga penuh kasih. Dia menghibur umat-Nya dengan menjanjikan keselamatan atas dosa dan perbudakan yang terjadi. Saya juga melihat bagaimana Yeremia, seorang nabi yang dipakai Tuhan pada masa itu, tidak berfokus pada kesukaran yang dia alami. Sebaliknya, hatinya tertuju pada kesengsaraan orang lain/jiwa-jiwa.
Dalam kelas ini, setiap anggota tidak hanya diajak untuk menambah pengetahuan dengan menggali firman Tuhan, tetapi juga melihat relevansi dari hasil penggalian tersebut pada masa kini. Dari relevansi tersebut, saya bisa melihat hati setiap peserta, bukan hanya di BK_Ratapan 2, tetapi juga di grup-grup diskusi lainnya. Saya bisa melihat bagaimana Tuhan menunjukkan betapa banyak gereja Tuhan yang terlelap membiarkan keruntuhan yang sedang terjadi. Mengapa saya menuliskan seperti ini?
Hampir keseluruhan gereja pada masa kini dilakukan secara online karena pandemi. Meski gereja sudah dibuka kembali, banyak umat-Nya sudah tidak merindukan Dia. Bahkan, ibadah online pun terkadang dihadiri sambil makan dan bermain gawai, bahkan tiduran. Betapa hati Tuhan bersedih karena umat-Nya tidak menyadari keilahian-Nya. Banyak yang tidak menyadari bahwa bisa saja pandemi ini terjadi karena murka Allah atas umat-Nya, yang memilih hidup sesuai keinginan mereka, bukan seturut kehendak-Nya, dan tidak mau peduli dengan hati Tuhan.
Saya sendiri menyadari bahwa ratapan untuk suatu bangsa seharusnya dirasakan oleh setiap gereja Tuhan, yaitu kita sendiri. Gereja Tuhan terasa semakin sepi. Banyak orang tidak merasakan ada yang hilang meski dia tidak datang kepada Tuhan atau tidak memberikan diri untuk datang beribadah. Dalam keseharian, kita juga lebih memilih untuk memikirkan masalah-masalah hidup yang kita alami dibandingkan memikirkan segala pekerjaan tangan Tuhan yang dipercayakan kepada kita, yaitu untuk memberikan diri untuk berdoa bagi bangsa dan pemimpin-pemimpin negeri. Meski kita menyadari bahwa setiap orang memiliki penderitaannya masing-masing, ketika kita saling mendoakan, di situlah kita mengakui keberadaan serta kemahakuasaan Tuhan dalam mengatur setiap kehidupan. Namun, kita tidak boleh memungkiri keadaan Yeremia saat melayani Tuhan kala itu, saat menyampaikan Firman kepada bangsanya. Dia tertolak dan kesepian, tetapi tidak menjadi kecewa akan Tuhan, melainkan terus berharap kepada Tuhan akan adanya pemulihan bagi bangsanya.
Jika saat ini kita merasa tertolak atau kesepian, padahal kita bekerja di ladang Tuhan, mari tidak mudah kecewa ataupun menyerah karena untuk segala sesuatu ada masanya. Mari terus bergiat mengerjakan ladang Tuhan meski buahnya tidak terlihat, meski banyak orang tidak menyukainya, karena prinsip injil Kristuslah yang kita tegakkan. Allah kita adalah Allah yang tidak akan menyerah terhadap umat-Nya. Dia akan terus mengingatkan, menegur, dan mengajar hingga umat-Nya menyadari keberadaannya dan berbalik kepada Tuhan. Jangan biarkan ratapan itu hanya sebatas kesedihan, tetapi biarlah ratapan itu dibawa kepada Tuhan.
Jadilah Yeremia-Yeremia yang tidak lekas lelah untuk memperjuangkan umat-Nya dalam doa dan mengajar umat Israel akan kebenaran Firman Allah.
Cetak tulisan ini
Leave a comment