Yayasan Lembaga SABDA menyediakan fasilitas berupa mess untuk staf yang berasal dari luar kota dengan mengontrak dua rumah. Mess untuk staf laki-laki dan perempuan tentunya terpisah. Staf laki-laki YLSA yang berasal dari luar kota ada lima orang, yaitu Bung Khenny, Bang Pram, Kak Yudo, Mas Bayu, dan saya sendiri. Saya tidak tahu sejak kapan, tetapi selama saya menjadi staf baru di YLSA (Juni 2013), mess untuk staf laki-laki berlokasi tepat di depan kantor YLSA yang lama sehingga mess kami sering disebut dengan “rumah depan”. Sementara itu, mess staf perempuan sedikit lebih jauh dari kantor (walaupun masih dalam jangkauan jalan kaki). Jarak mess staf laki-laki yang sangat dekat dengan kantor ini (kira-kira 10 meter saja), menurut saya sangat banyak manfaatnya. Saya masih dapat melakukan berbagai kegiatan setelah bangun pagi karena tidak harus memikirkan waktu perjalanan dari mess ke kantor. Selain itu, saya juga menghemat biaya transportasi dan tidak perlu bergumul dengan kemacetan di jalan. Jika harus lembur, saya dapat menyelesaikan pekerjaan kantor di malam hari atau di sela-sela akhir minggu. Dan, masih banyak lagi keuntungan yang kami dapatkan, termasuk dapat memanfaatkan fasilitas perpustakaan YLSA kapan pun kami memerlukannya.

Seperti yang sudah diceritakan di blog sebelumnya, YLSA sudah pindah ke kantor baru yang lokasinya di depan kantor lama dan tepat di samping mess “rumah depan” kami. Kantor baru YLSA, yang kami namakan “Griya SABDA”, telah ditempati sejak Januari 2014 yang lalu oleh divisi Publikasi, PESTA, Web, dan Multimedia. Sejalan dengan kepindahan tersebut, sungguh suatu anugerah Tuhan karena YLSA mendapat tambahan tanah di samping Griya SABDA. Ketika akhirnya urusan notaris selesai, tempat itu juga siap dipakai untuk jadi mess baru bagi staf YLSA. Bahkan, telah dirancang sebelumnya ada ekstra kamar untuk tamu YLSA (khususnya yang ingin mendapat training SABDA) sehingga mereka dapat menginap jika diperlukan.

Pada awal Juni yang lalu, Mbak Evi, selaku HRD YLSA, segera menginstruksikan para penghuni “rumah depan” alias staf laki-laki untuk mulai melakukan proses pindahan. Lalu, bagaimana dengan mess “rumah depan”? “Rumah depan” akan berganti penghuni baru, yaitu staf perempuan YLSA yang berasal dari luar kota, yaitu Mbak Tika, Ade, Hilda, dan Mbak Wiwin, staf yang baru masuk untuk masa percobaan dua bulan. Selain itu, kami juga menyambut Pak Gunung dan keluarga, yang juga bergabung menempati bagian belakang dari “rumah depan”.

Setelah mendapat instruksi dari Mbak Evie, sayalah orang pertama yang berinisiatif pindah duluan. Saya mulai memindahkan barang-barang saya ke kamar saya yang baru. Saya pikir barang-barang di kamar saya hanya sedikit, tetapi ternyata cukup banyak. Saya harus bolak-balik berkali-kali untuk memindahkan semua barang saya. Pertama, saya sempat bingung menata ruangan baru ini, tetapi setelah seharian bekerja keras, setelah semua barang sudah berada di kamar yang baru, saya berhasil menyelesaikan proses pindahan ini. Akhirnya, malam itu menjadi malam pertama saya tidur di kamar baru. Proses perpindahan ke mess baru kemudian diikuti oleh Kak Yudo, Mas Bayu, dan Bang Pram pada minggu berikutnya. Sementara itu, Bung Khenny yang paling terakhir pindah di mess baru. “Selamat bergabung, Bung! Kami senang menyambut Anda di mess baru!”

Saya berharap, dengan pindahnya staf cowok ke mess yang baru, merapatnya Pak Gunung bersama kami, dan pindahnya staf cewek ke “rumah depan” dapat semakin mempererat persekutuan dan persaudaraan antarsesama staf YLSA. Di atas semuanya itu, saya sangat memuji Tuhan dan bersyukur kepada-Nya atas pemeliharaan yang Ia nyatakan kepada staf YLSA yang berasal dari luar kota, termasuk saya, melalui mess yang disediakan oleh YLSA. Amin.