Blog SABDA
20Sep/182

Pelajaran dari Artikel Koran: “Mengakui Kesalahan”

Oleh: Mei

Saya bersyukur dipaksa untuk membaca artikel koran di YLSA. Karena melalui membaca ini, saya mendapat banyak pengetahuan. Salah satu artikel koran yang saya ingin bagikan berjudul “Mengakui Kesalahan”. Saya setuju dengan salah satu pernyataan dalam artikel ini: “Cara terbaik untuk belajar dari kesalahan adalah dengan mengakuinya. Mengakui kesalahan adalah tanda orang yang berjiwa besar”. Namun, terkadang kita sulit untuk mengakui kesalahan karena gengsi atau karena merasa diri benar. Kalau kita mengingkari kesalahan, reputasi kita justru akan buruk di mata orang lain. Sebaliknya, kalau kita jujur mengakui kesalahan, orang lain akan hormat dan respek kepada kita.

Dalam artikel tersebut dipaparkan beberapa poin, yaitu:
1. Mengakui kesalahan bukan indikasi kelemahan, melainkan justru indikasi kebesaran jiwa seseorang.
2. Mengakui kesalahan membuat kita dapat belajar dari kesalahan kita daripada sibuk membuang waktu menyangkal diri dan menimbulkan keretakan relasi atau menciptakan kebohongan yang lain.
3. Menunda mengakui kesalahan, hanya akan membuat segala sesuatunya menjadi lebih buruk.

Dikatakan juga bahwa dalam kehidupan spiritual, mengakui kesalahan adalah salah satu unsur pertobatan. Di samping ada pengakuan, ada unsur penyesalan dan unsur lain, yaitu komitmen. Dalam unsur komitmen ini, jiwa besar kita ditantang untuk tidak mengeluarkan janji palsu, atau istilah ngetrennya “Tomat: Tobat Kumat”. Kita harus memiliki komitmen untuk berusaha keras tidak mengulangi kesalahan itu sehingga kita tetap mendapat kepercayaan orang lain. Seperti kata pendeta dan penulis buku kepemimpinan, John Maxwell, “Setiap orang harus cukup ‘besar’ untuk mengakui kesalahannya, pintar mengambil hikmah dari kesalahan, dan kuat untuk memperbaikinya.”

Di Alkitab juga sudah tertulis: “Jika kita mengakui dosa-dosa kita, Ia adalah setia dan adil untuk mengampuni dosa-dosa kita dan untuk membersihkan kita dari semua kejahatan” (1 Yohanes 1:9, AYT). Saya mengucap syukur karena mempunyai Juru Selamat yang telah menebus dosa saya. Walau saya masih belum bisa melepaskan diri dari sifat kedagingan, dan terkadang masih sering berbuat dosa atau melakukan kesalahan, tetapi saya bersyukur karena Roh Kudus senantiasa mengingatkan saya untuk kembali berjalan di jalan-Nya, membawa saya tidak terpuruk dengan dosa dan intimidasi iblis.

Melalui artikel ini, saya belajar untuk selalu memiliki keberanian saat harus mengakui kesalahan dan introspeksi, belajar dari kesalahan yang saya buat, merendahkan diri, mengakui dosa dan pelanggaran, baik kepada Tuhan maupun orang lain. Tidak mudah memang, tetapi saya akan terus berusaha melakukan hal itu untuk kebaikan diri saya, orang lain, dan khususnya agar kehidupan saya mencerminkan karakter Kristus, menjadi orang yang jujur dan dapat dipercaya orang lain. Soli Deo gloria!

Kategori: Pelayanan, Umum (Pelayanan)
Kata kunci:

Mei Budi

Tentang Mei Budi

Mei Budi telah menulis 14 artikel di blog ini..

Cetak tulisan ini Cetak tulisan ini
Comments (2) Trackbacks (0)
  1. Mengakui kesalahan bukanlah hal yang mudah. Kebesaran jiwa sangat diperlukan, saya setuju dengan penulis artikel ini. Terimakasih.

  2. Banyak sekali hal yang didapat dari artikel ini 🙂 Salah satunya bisa mengerti lebih dalam lagi jika mengakui kesalahan memang sebenarnya tidak membuat kita menjadi lemah, namun ada banyak hal-hal baik di balik mengakui kesalahan itu sendiri. Great! 🙂


Leave a comment

Connect with Facebook

No trackbacks yet.