Dalam bayangan saya, blogshop “Kiat Menulis Cepat di Blog” yang saya ikuti bersama beberapa staf YLSA lain, akan menawarkan kiat-kiat menulis blog yang cepat dan praktis. Ternyata isi seminar tanggal 29 Januari 2011 ini jauh dari bayangan saya. Kecewa? Tidak, justru sebaliknya. Saya sangat menikmati seminar ini 🙂 Mas Iskandar Zulkarnaen, pembicara sekaligus admin situs Kompasiana.com, membagikan wawasannya tentang Citizen Journalism pada era globalisasi ini.

Kegiatan menyampaikan informasi sebenarnya sudah terjadi sejak dimulainya peradaban manusia. Penyampaian informasi bisa terjadi kapan saja, dan di mana saja — dari ukiran kuno di gua-gua sampai gosip ibu-ibu kita. 🙂 Hanya saja, dahulu, informasi sering kali hanya dapat dinikmati oleh sebagian kecil komunitas. Informasi yang cakupannya luas hanya menjadi milik media “mainstream” sehingga warga hanya bisa menyaksikan warta dari media-media “mainstream” saja. Namun, pada era web 2.0., tren ini berubah. Kini, warga bisa dengan leluasa menikmati informasi dari mana pun, bahkan bisa ikut terlibat dalam gerakan komunikasi seantero dunia.

Pada acara blogshop, yang berlangsung 2 jam ini, Mas Isjet, demikian panggilan akrab Mas Iskandar Zulkarnaen, memberikan beberapa contoh kegiatan “citizen journalists” yang berdampak luas. Yang paling berkesan bagi saya adalah video rekaman George Halliday yang dibuat secara tidak sengaja yang merekam penyiksaan seorang kulit hitam di Amerika pada tahun 1991. Karenas video itu, muncullah gerakan antirasis yang berdampak luas di Amerika. Contoh-contoh lain di antaranya, sms “People Power 2 di Filipina”, rekaman “Tsunami di Aceh”, rekaman “bom bunuh diri di London”, twitter “bom Mumbai dan bom Ritz-Carlton”, dll.. Menjadi “citizen jurnalist” ternyata tidaklah seangker yang saya kira! Revolusi informasi saat ini telah memungkinkan media cetak dan elektronik menerima berita dengan cepat, berupa video, audio, maupun tulisan dari warga biasa. Kemudahan inilah yang perlu kita manfaatkan sebaik-baiknya.

Kesaksian Mas Wisnu dan Pak Johan yang ditampilkan dalam seminar ini menjadi salah satu bukti. Mas Wisnu, yang biasa dipanggil Mas Inu, telah menulis 400 artikel dalam setahun. Ratusan artikelnya itu kemudian dicetak dalam lima buku. “Kata editor saya, honornya cukup untuk ganti mobil,” seloroh Mas Inu yang disambut dengan gelak tawa hadirin. Dia melanjutkan, “Tetapi itu bukan alasan utama saya ngeblog. Awalnya, saya hanya ingin mencurahkan kegelisahan hati saya.” Bukan hanya Mas Inu, Pak Johan juga telah menerbitkan banyak sekali buku karena hobi menulisnya. Tidak diragukan kesaksian mereka berhasil membangkitkan semangat saya untuk lebih banyak menulis.

Walaupun punya blog pribadi, sering terlintas dalam pikiran saya, “Buat apa sih ngeblog?” Mas Isjet menjawab pertanyaan ini dengan memuaskan pada bagian akhir seminar. Alasan mengapa para blogger ngeblog, ditunjukkan dalam gambar piramid. Dari piramid terlihat bahwa tahap paling dasar adalah alasan sebagian besar orang negblog, yaitu ingin mengaspirasikan dirinya atau narsis di dunia maya. Pada tahapan yang lebih atas, adalah mereka yang menulis sebagai aktualisasi diri. Pada tingkatan ini, blogger mulai menemukan tulisan dan gaya tulisan yang cocok bagi dirinya. Naik tingkatan lagi, blogger mulai mempromosikan dirinya. Ketika blogger berjejaring, dia mulai memperkenalkan dirinya dan apa yang ditulisnya. Tahapan keempat dalam piramid tersebut, blogger memiliki “branding” dalam mempromosikan tulisannya, bisnisnya dll. Tahapan terakhir, menurut Mas Isjet, adalah tahapan “personal”, dalam tahapan ini blog ditulis untuk menjadi saluran pesan pribadi. Ketika pembaca membaca tulisan kita, mereka bisa mengenali keunikan dan ciri khas tulisan kita.

Ketika teman-teman yang ikut blogshop mendapat kesempatan membagikan berkatnya pada acara training di kantor, kami semakin diperkaya dengan beberapa masukan, khususnya dengan alasan mengapa kita ngeblog. Sebagai orang Kristen ada dua alasan penting: untuk melayani dan memberikan suara. Blog yang kita tulis sebaiknya tidak hanya untuk kepentingan diri sendiri dan komunitasnya, tetapi juga untuk orang lain sehingga blog kita menjadi berkat. Mengapa blog juga dapat memberikan suara? Melalui blog, kita bisa berbagi ide dan gagasan yang mengandung visi dan misi dari Allah — menyuarakan suara Allah sehingga banyak orang dapat mendengar Dia (firman-Nya) yang menjadi berkat bagi khalayak luas.

Saya berharap blogshop yang saya, Santi, Setya, dan Sigit ikuti ini semakin memotivasi kami untuk menulis. Doakan agar semangat ini tidak berakhir dengan usainya seminar dan artikel ini. Ayo menulis dan menulis, kawan!