Pada tanggal 20 Januari 2010, saya melangkahkan kaki pertama kali di YLSA dengan 1.001 rasa. Saya senang menjumpai suasana baru serta berkenalan dengan teman-teman baru di kantor. Masih jernih di ingatan saya mendengar sebuah guyonan dari salah seorang senior di YLSA yang ditujukan untuk saya, “Sudah siap untuk disiksa?” Menanggapi guyonan tersebut, tentu saja saya tertawa. Sebenarnya, di balik tawa itu ada satu rasa yang lebih kental dari rasa-rasa lainnya: rasa penasaran mencicipi dunia kerja sekaligus pelayanan purnawaktu. Nah, setelah lewat 3 bulan, rasa penasaran saya pun terjawab.

Walaupun baru 3 bulan, tapi saya sudah mendapat banyak pelajaran berharga saat bergelut sebagai penerjemah. Bagaimana tidak, saya bekerja dengan editor-editor “perfeksionis” yang menantang saya untuk meningkatkan tata bahasa, diksi, komposisi baik dalam bahasa Indonesia maupun dalam bahasa Inggris. Di universitas, saya mengenyam ilmu bahasa Inggris; tapi, untuk menjadi penerjemah, pemahaman bahasa asing saja belum cukup, penerjemah perlu lebih mengakrabkan diri dengan bahasa Indonesia agar bahasa terjemahan terdengar wajar. Untungnya, perpustakaan YLSA menyediakan berbagai macam bacaan yang yahud termasuk tentang dunia kebahasaan.

Selain itu, saya juga dilatih untuk menerjemahkan artikel dengan lebih akurat dan teliti. Para senior saya bercerita, “Konon, jika penerjemah melakukan 3 biji kesalahan, maka naskah terjemahan akan dikembalikan ke penerjemah untuk diedit ulang.” Walaupun terkadang jadi paranoid, saya merasa tuntutan ini bisa mengobati penyakit pelupa saya :). Jujur saja, kalau tidak ada “tekanan-tekanan” positif dari “guru- guru” di YLSA, mungkin saya akan melewatkan berbagai kesempatan emas untuk mempelajari seluk-beluk penerjemahan.

Like cycling, translating is a matter of habit.” Selain secangkir kopi, kutipan itulah yang menghibur saya di kala tumpukan kertas atau buku menggunung di meja kerja. Alih-alih mengeluh, bukankah lebih baik saya meracik secangkir kopi dan merampungkan pekerjaan satu per satu? Menyenangkan rasanya — mendaki gunung tumpukan kertas dan buku langkah demi langkah sekaligus menikmati indahnya pesona alam bahasa dalam artikel-artikel tersebut.

Tumpukan bahan yang perlu diterjemahkan di publikasi YLSA sangat beragam: mulai dari yang cukup menyenangkan (artikel dari pelayanan anak, penulis, wanita dan humor), yang cukup susah (artikel dari kepemimpinan, konsel dan biblika) dan yang mengernyitkan dahi (artikel dari misi, biokristi dan reformed). Saya senang karena setiap artikel selalu menawarkan sesuatu yang baru, baik dari segi isi, maupun kebahasaannya.

YLSA telah menjadi dunia tempat saya mencari ilmu, melayani, dan bekerja. Nah, mengingat banyaknya bahan-bahan menarik yang perlu diterjemahkan, ada yang tergerak menjadi penerjemah purnawaktu atau penerjemah sukarelawan untuk membantu pelayanan YLSA sekaligus menambah portofolio Anda? Kami tunggu, ya!