Blog SABDA
6Oct/170

Perjalanan Awal dengan Duo “S” — SABDA dan SOLO

Oleh: Jean Amanda

Shalom, nama saya Manda, berasal dari Ambon, Maluku. Saya mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, yang sedang menjalani program magang di Yayasan Lembaga SABDA bersama dengan empat teman saya, yaitu Handa, Jessica, Dita, dan Lidya. Pada kali ini, saya ingin berbagi cerita tentang awal perjalanan saya dalam menjalankan tanggung jawab di tempat yang baru. SABDA adalah keluarga yang menyambut kehadiran kami semua. Mulai dari staf hingga pemimpinnya menerima kami dengan sukacita, pada 4 September 2017.

Di SABDA, rasa kekeluargaan dan keakraban sangat terasa. Mulai dari Pendalaman Alkitab di kelompok kecil, Persekutuan Doa, senam, dan makan siang, semuanya dilakukan bersama-sama setiap hari. Banyak pula yang mengajak kami untuk makan bersama pada malam hari, baik dari staf maupun pemimpin SABDA. Saya dan teman-teman sangat antusias akan hal-hal baru tersebut, juga dengan keluarga baru yang kami temui di SABDA. Kami tidak menyangka akan mendapatkan pengalaman yang lebih daripada sekadar bekerja. Bagi saya, hal-hal tersebut adalah cara yang sangat tepat dan hangat bagi para calon magang yang “takut diusili”.

Sejak minggu pertama menjalani magang, sudah banyak hal yang saya peroleh dan pelajari. Saya yang tadinya sering absen membaca Alkitab, apalagi melakukan Pendalaman Alkitab, kini mulai belajar untuk lebih tekun dan peka mendengar suara Tuhan. Tidak hanya mendengarkan, saya juga membuat komitmen pribadi setelah membaca firman Tuhan tersebut. Saya yang sebelumnya hanya mempelajari terjemahan dari kelas teori dan praktik yang sangat minim, kini menjadi lebih luas wawasannya dalam praktik terjemahan di dunia kerja. Menulis yang sebenarnya bukan konsentrasi studi saya, juga saya pelajari dan coba selama masa magang di sini. Semua hal ini saya pandang sebagai “bonus magang”.

Saya tidak salah ketika memilih SABDA sebagai tempat untuk melayani pekerjaan Tuhan. Saya melihat magang di SABDA sebagai kepercayaan yang Tuhan berikan kepada saya. Tuhan ingin saya menggunakan talenta dari-Nya untuk pekerjaan kemuliaan nama-Nya. Benar saja, saya merasa semakin terberkati, dan dengan tuntunan Tuhan, saya berusaha menjadi berkat bagi orang lain.

Yayasan Lembaga SABDA yang berdomisili di kota Solo membuat saya dan teman-teman mau tak mau harus beradaptasi. Pada awal kedatangan, kami sempat dibuat bingung dengan tata kotanya yang menurut saya memiliki banyak gang besar maupun kecil. Masalah cuaca yang jauh lebih panas dari Salatiga, tempat saya “menimba” ilmu, juga membuat kami sering mengeluh pada awalnya. Puji Tuhan, mengenai makan tidak menjadi penghambat karena tersedianya banyak tempat makan di sekitar mess yang kami tempati. Proses adaptasi berlangsung cukup cepat karena orang-orang di sekitar kami yang turut mendorong dan membantu. Saya dan Lidya, yang berasal dari Ambon, sering ditanya tentang daerah asal kami. Kami senang memberikan jawaban kepada mereka karena kami sekaligus dapat memperkenalkan kebudayaan daerah kami kepada orang-orang yang baru kami kenal.

SABDA dan Solo adalah “duo S” yang cocok bagi orang percaya yang ingin memberikan waktu dan talenta mereka bagi perluasan pekerjaan Tuhan di dunia ini. Baik staf magang maupun staf tetap, semuanya dipersatukan dan dipakai Tuhan untuk menjadi berkat bagi orang lain. Puji Tuhan!

Tentang Penulis Tamu

telah menulis 195 artikel di blog ini..

Cetak tulisan ini Cetak tulisan ini