Blog SABDA
15Jun/165

Seminar: Be A Better Parent: Be a Better Dad and Be The Best Mom You Can Be

Dalam budaya Asia, khususnya pada masyarakat Indonesia, bukanlah satu hal yang aneh ketika anak menjadi pusat dan fokus (perhatian) dalam keluarga. Contohnya, jika kita ingin pergi keluar untuk makan, tawaran untuk memilih tempat tujuan jajan/makan pertama-tama ditujukan kepada anak. Atau, ketika seorang ibu memasak dan menyediakan lauk-pauk, seringnya bagian yang terbaik dan terenak diberikan kepada anak. Bahkan, sampai di atas usia lima tahun, anak-anak terkadang masih dibiarkan tidur bersama orangtua karena orangtua tidak tega membuat anak tidur sendiri di kamarnya. Nah, ternyata menurut Ibu Charlotte Priatna, pembicara dari seminar “Be a Better Parent: Be a Better Dad and Be The Best Mom You Can Be”, hal-hal itu merupakan budaya dan kebiasaan yang salah dari banyak keluarga. Nyatanya, masih ada beberapa kesalahan atau kekeliruan lagi yang sering kita lakukan, tetapi tidak disadari sebagai suatu kesalahan karena sudah berlaku secara umum. Namun, terus menjalani kekeliruan tersebut tanpa menyadari implikasi dan dampaknya terhadap anak dan masa depannya, tentu saja bukanlah hal yang kita inginkan. Semenjak kecil, anak harus mendapat contoh dan teladan yang benar dalam hal relasi, peran, fokus, tujuan, serta kebiasaan-kebiasaan dari orangtua sehingga kelak mereka pun dapat menjalankan tugas dan fungsinya secara benar sebagai suami, istri, dan orangtua.

Dalam acara seminar yang berlangsung di Gereja Kristen Kalam Kudus, tanggal 4 Juni 2016 tersebut, Ibu Charlotte mengemukakan dua hal yang menjadi ancaman orangtua dalam mendidik anak. Yang pertama adalah meremehkan pentingnya peran dari hubungan suami istri dalam proses mendidik anak. Dalam kesalahan ini, pembicara menjelaskan bahwa sesungguhnya pengaruh terbesar dalam mendidik anak tidak berasal dari peran sebagai ayah dan ibu, melainkan dalam peran sebagai suami istri. Keberhasilan anak ditentukan dari hubungan ayah ibunya sebagai suami dan istri, dan bukan semata-mata dari hubungan antara orangtua dengan anak. Yang perlu dicatat bagi para orangtua adalah bahwa hubungan yang harmonis di antara suami dan istri merupakan hadiah yang sangat berharga dari orangtua kepada anak. Mengapa? Karena, ketika anak-anak melihat hubungan di antara ayah dan ibunya terjalin dengan harmonis dan penuh dengan cinta kasih, maka hal itu memberikan dasar dan landasan yang kuat bagi psikologis anak untuk merasa aman dan bahagia. Relasi antara suami dan istri menjadi faktor penting yang menyangga sebuah keluarga karena dari sanalah struktur dan jalinan relasi keluarga dibentuk dan diawali. Tanpa kerangka dasar relasi yang kuat antara suami dan istri, maka akan rapuhlah struktur bangunan relasi dalam sebuah keluarga. Hal itu pertama-tama akan berpengaruh pada psikologis dan perkembangan anak, yang kemudian menjalar kepada berbagai bidang kehidupan anak. Maka, untuk terus memupuk dan memelihara relasi di antara suami dan istri, hal-hal seperti dating, bulan madu, dan perayaan hari ulang tahun perkawinan dapat menjadi kegiatan rutin yang perlu selalu dilakukan oleh tiap pasangan. Tidak perlu dilakukan di restoran atau tempat-tempat traveling yang mahal, sebab yang terpenting adalah suasana dan kesempatan untuk meningkatkan relasi dan cinta kasih di antara suami dan istri .

Kesalahan yang kedua adalah hal yang telah disebutkan dalam paragraf pertama, yaitu saat orangtua terperangkap untuk menjadikan anak sebagai pusat (child centered) dalam keluarga. Kehadiran anak dalam sebuah keluarga sesungguhnya bukanlah untuk membentuk atau melengkapi sebuah keluarga, tetapi hanya memperluas lingkup sebuah keluarga. Yang seharusnya menjadi pusat atau fokus utama dalam sebuah keluarga adalah Tuhan (Christ Centered), karena memang Kristuslah yang menjadi fokus dan inti utama dalam kekristenan. Bukan hanya menjadikan-Nya sebagai kepala dalam tiap rumah tangga, berfokus kepada Kristus juga akan memberikan arahan dan tujuan yang benar bagi tiap keluarga. Jika bukan Kristus yang menjadi fokus dalam keluarga, akan terjadi banyak hal yang tidak akan mendatangkan damai sejahtera di dalam keluarga, dan tentu saja rencana dan kehendak Allah akan sulit terjadi di tengah-tengah situasi seperti itu.

Hal terakhir yang dibicarakan oleh Ibu Charlotte adalah peran suami dan istri di dalam keluarga. Landasan Alkitab bagi struktur peran keluarga terdapat di dalam Efesus 5:21-33. Dari sana, jelas terdapat perbedaan peran antara ayah dan ibu di dalam keluarga meskipun dalam pelaksanaannya keduanya dapat berbagi peran bersama atau saling mengisi peran yang lain ketika memang hal itu diperlukan dalam situasi-situasi tertentu. Peran ayah tidak dapat dilalaikan, begitu pula peran ibu. Karena jika demikian, akan terjadi disfungsi di dalam keluarga. Para istri perlu menundukkan diri kepada suami yang adalah kepala dalam keluarga meskipun kaum wanita adalah pihak yang sering kali memiliki sikap yang mendominasi dan mengatur segala sesuatu. Para suami sebaiknya juga harus mengasihi dan mendukung istri karena itulah yang menjadi kunci dari penundukan diri para istri. Jika peran itu sudah dijalankan oleh masing-masing pihak dengan baik, keduanya akan menjadi tim yang solid dalam berperan sebagai orangtua bagi anak-anak.

Sebagai seorang wanita sekaligus seorang ibu, saya bersyukur mendapat kesempatan untuk mengikuti seminar ini. Ada banyak pembelajaran yang saya dapat melaluinya yang tentu saja sangat berguna untuk diaplikasikan, baik di dalam peran sebagai seorang istri, ibu, maupun di dalam pelayanan. Nah, setelah membaca blog ini, saya harap kita semua bisa mulai menerapkan apa yang sudah disampaikan oleh Ibu Charlotte bersama pasangan masing-masing untuk memberikan teladan dan pola pengasuhan yang baik bagi anak-anak kita. Dengan demikian, kita pun akan dapat melaksanakan dengan baik apa yang menjadi panggilan hidup kita sebagai orang percaya, baik sebagai istri, suami, ibu, ayah, dan orang tua untuk membawa kemuliaan bagi nama Tuhan.

Segala puji hanya bagi Tuhan!

Okti

Tentang Okti

Okti Nur Risanti telah menulis 47 artikel di blog ini..

Cetak tulisan ini Cetak tulisan ini
Comments (5) Trackbacks (0)
  1. Bagaimana cara menghubungi ibu charlote untuk bisa menjadi pembicara dalam gereja kami?

  2. Dear Ibu/Sdri. Renny Margaret,

    Kami telah menjawab pertanyaan Anda tersebut melalui email. Untuk itu silakan mengecek email kami kepada Anda.

    Terima kasih.
    Tuhan Yesus memberkati.

    Admin Blog SABDA

  3. Shalom.
    Bgm kami bisa menghubungi ibu Charlote untuk digereja kami??
    Salam,

    Anne

  4. Dear Ibu Anne,

    Kami telah menjawab pertanyaan Anda tersebut melalui email. Untuk itu silakan mengecek email kami kepada Anda.

    Terima kasih.
    Tuhan Yesus memberkati.

    Admin Blog SABDA

  5. Shalom…

    Boleh tau bgmana menhubungi ibu Carlotte ? Sy jg mau mengundang ibu Carlotte pd ibadah dewasa muda di gereja kami.

    Terima kasih
    Nemy


Cancel reply

Connect with Facebook

No trackbacks yet.