Blog SABDA
31May/160

#Ayo_PA! dalam Persekutuan Komisi Pemuda GKAI Betlehem Karanganyar

Dalam evaluasi presentasi PA untuk Generasi Digital di PPA Berea GKI Sorogenen, Ibu Yulia, Ketua YLSA, mendorong kami untuk melanjutkan kegiatan ini, yang kami namakan gerakan #ayo_PA!. Pada saat itu, kami semua yang mengikuti evaluasi juga sepakat untuk meneruskannya. Kami mendapat tugas untuk menghubungi gereja-gereja, persekutuan Kristen, sekolah Kristen, dan komunitas Kristen apa pun yang kami ketahui untuk memperkenalkan tentang #ayo_PA! ini.

Saya mendapat tugas untuk sharing kepada rekan-rekan pemuda di gereja saya sendiri, yaitu GKAI Betlehem. Saya menghubungi Sdr. Hosiana, seksi acara dari Komisi Pemuda GKAI Betlehem, dan mendapat respons yang baik. Setelah didiskusikan dengan Ketua Komisi Pemuda GKAI Betlehem, disepakatilah pada tanggal 20 Mei 2016, tim #ayo_PA! akan memberikan presentasi mengenai PA di era digitalini dan metode-metodenya kepada remaja dan pemuda GKAI Betlehem.

Seperti biasa, sebelum melakukan presentasi yang sebenarnya, masing-masing staf yang bertugas harus latihan minimal dua kali di depan teman-teman YLSA lainnya. Untuk acara di GKAI Betlehem ini, tim yang bertugas adalah saya, Ody, Hilda, Jono, dan Aji. Ody dan Hilda, yang akan menyampaikan presentasi sesi satu dan dua, berlatih dengan cukup keras. Hasilnya? Tentu saja, dengan latihan, masukan dari teman-teman, dan pertolongan Tuhan, mereka dapat melakukannya dengan baik pada hari H. Jono juga mempersiapkan dengan baik semua perlengkapan teknis yang diperlukan dalam acara tersebut. Sayangnya, kami tidak membawa layar dan LCD projector cadangan. Meski fasilitas itu ada di GKAI Betlehem, tetapi kurang maksimal karena jarak antara peserta dan layar LCD yang terlalu jauh. Ini jadi catatan penting bagi tim-tim selanjutnya. Sementara itu, saya bertugas sebagai MC yang mengarahkan acara berjalan sesuai rencana dan memastikan peserta bisa mengikuti setiap penjelasan dengan baik. Aji menolong Jono untuk melakukan dokumentasi acara dalam bentuk video.

Dalam acara tersebut, baik Hilda maupun Ody, terus menekankan pentingnya ber-PA bagi generasi digital dengan menggunakan setiap gadget yang mereka miliki untuk melakukan PA. Dimulai dari penjelasan Hilda di sesi pertama tentang generasi digital dan pertumbuhan rohani. Semua orang percaya, termasuk generasi digital yang Kristen, harus mengalami pertumbuhan rohani. Oleh karena itu, di tengah-tengah perkembangan teknologi ini, firman Tuhan yang adalah sumber pertumbuhan rohani harus menjadi hal utama yang diakses para generasi digital melalui gadget mereka. Dengan begitu, mereka bisa tetap teguh dalam iman kepada Tuhan ketika godaan duniawi untuk menjauh dari Tuhan membayangi mereka setiap hari. Mereka harus menggunakan HP mereka untuk makin mengenal Tuhan dan memuliakan Tuhan. Pada sesi kedua, ody kembali menekankan pentingnya PA. Alkitab adalah firman Tuhan yang melaluinya kita bisa mengenal Allah. Alkitab juga yang akan memberikan tuntunan ketika kita mengalami permasalahan dalam kehidupan. Tidak perlu bingung dengan metode karena ada banyak metode yang bisa digunakan untuk PA digital. Salah satunya adalah metode PA S.A.B.D.A (Simak, Analisa, Belajar, Doa/Diskusi, Aplikasi). Metode ini bisa digunakan untuk melakukan PA secara digital menggunakan Alkitab audio, aplikasi Alkitab, Alkitab PEDIA, Kamus Alkitab, dan Tafsiran. Kita juga bisa menggunakan sosial media sebagai sarana untuk berbagi firman Tuhan.

Ketika saya menanyakan kepada peserta, apakah mereka sudah biasa melakukan PA, baik secara pribadi maupun kelompok dalam gereja, hampir semua menjawab belum. Inilah tantangannya. Gereja atau institusi pendidikan Kristen sendiri tidak mendorong jemaat atau siswanya untuk melakukan PA. Makanan rohani bagi jemaat hanya diberikan seminggu sekali melalui khotbah pendeta. Atau, bagi siswa/mahasiswa Kristen, pengetahuan Alkitab hanya diberikan berdasarkan kurikulum yang berlaku untuk diajarkan, itu pun hanya kulit-kulitnya. Namun, kami bersyukur karena tantangan kami kepada peserta yang hadir untuk mereka memulai PA disambut dengan baik. Ada yang mengatakan bahwa mereka akan memulai PA itu dimulai dari diri mereka sendiri. Dan, ada juga yang berkomitmen untuk melakukan PA di kelompok kamar asrama mereka (karena peserta kebanyakan mahasiswa STT yang tinggal di asrama). Melalui gadgetnya, mereka dapat mengakses banyak sumber dan alat untuk melakukan PA dengan cara yang menyenangkan, mudah, tetapi tetap mendalam. Beberapa peserta sempat mengakui bahwa mereka tahu kalau PA itu penting, tetapi memang sulit diaplikasikan karena banyak alasan yang dicari-cari. Kiranya melalui presentasi tentang PA untuk Generasi Digital ini, kaum muda yang hadir dalam acara tersebut diterangi hatinya oleh Roh Kudus untuk makin mencintai Alkitab sehingga mereka makin memuliakan Allah setiap hari.

#Ayo_PA!

Evie

Tentang Evie

Davida Dana telah menulis 39 artikel di blog ini..

Cetak tulisan ini Cetak tulisan ini
Comments (0) Trackbacks (1)

Leave a comment

Connect with Facebook