Blog SABDA
22Jan/150

Berbagi Sukacita di Rumah Ibu John Dana

Saya sangat terkesan dengan program kunjungan Natal yang diadakan oleh YLSA pada akhir tahun 2014 lalu. Salah satu hal yang memicu ide ini adalah ketika kami melihat banyak orang tua yang sudah lanjut usia merasa kesepian karena beberapa faktor, misalnya semua anaknya telah menikah dan harus ikut suami atau karena sudah punya rumah sendiri sehingga mereka tidak menjadi satu dengan orang tua atau mertua. Atau, karena semua anaknya sibuk dengan pekerjaannya masing-masing sehingga waktu untuk bertemu dengan orang tua menjadi jarang dan lain sebagainya. Dengan kondisi seperti ini, kalau keluarga kurang peka atau kurang memerhatikan, maka orang tua bisa saja merasa sendiri, terasing, atau bahkan merasa terabaikan. Tidak heran kalau orang tua malah sering marah-marah dan sakit-sakitan. Berawal dari itulah, staf YLSA peduli dengan para orang tua dengan cara mengunjungi mereka.

Pada Kamis, 11 Desember 2014, kami, yaitu Ibu Yulia, Hadi, Tika, Khenny, dan saya, berkunjung ke salah satu orang tua staf. Pada hari itu, kami mengunjungi mamanya Mbak Evie, yang akrab dipanggil Bu John. Sekalipun sore itu gerimis, tetapi didorong oleh tanggung jawab dan dipenuhi dengan sukacita, kami tetap berangkat.

Sebelum kami memulai acara, Ibu John banyak bercerita tentang pengalaman hidupnya, mulai dari ketika tinggal di kampung halamannya di Toraja, hingga masa-masa indah bersama almarhum suaminya yang adalah seorang hamba Tuhan. Hal yang membuat saya kagum adalah semangat hidupnya untuk terus giat dalam melayani Tuhan, di tengah kesibukannya sebagai dosen di STT Berita Hidup. Beliau punya kerinduan untuk mengadakan persekutuan para janda/lansia dan juga kerinduannya untuk mengunjungi beberapa kota, seperti rasul-rasul. Salut untuk Ibu John.

Ketika waktunya sudah tepat, kami pun memulai acara pembukaan yang dilakukan oleh Sdr. Hadi. Setelah doa, acara dilanjutkan dengan pujian. Kemudian, saya membawakan renungan yang saya ambilkan dari Mazmur 90:12, “Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana”. Renungan ini mengajak kita untuk menjadi orang tua yang bisa menjadi panutan bagi keluarga, masyarakat, dan kemuliaan Tuhan, tentunya, dengan cara senantiasa bersekutu dengan Tuhan, menyerahkan tiap langkah hidup kita hari ini kepada Tuhan, sampai kita menjadi orang tua yang bijaksana karena tidak menutup kemungkinan masih ada para orang tua di masa tuanya malah “neko-neko” sehingga tidak menjadi berkat bagi keluarga.

Di akhir acara, ada doa untuk beban-beban pergumulan bagi Ibu John dan keluarganya. Saya pribadi sangat salut dengan Ibu John, sekalipun sudah berusia hampir 60, tetapi masih punya semangat untuk melayani Tuhan. Beliau dan anak anaknya sangat terbuka dan sangat ramah dalam menyambut kami. Sebelum pulang, kami dihadang untuk makan sate ayam. Oleh karena perut lapar, sesudah berdoa, kami tidak sungkan untuk menyantapnya …. Hmm … mak nyuuss …. Ada lagi makanan yang belum pernah saya ketahui sebelumnya. Orang Manado menyebutnya “Panada”. Bentuknya seperti kue pastel, tetapi isinya suwiran ikan. Setelah saya cicipi, ternyata enak juga, maklum itu ada cap Ratu (Jawa: ra tumbas … he … he). Setelah kira-kira pkl. 18.30, kami rombongan pamit pulang.

Menurut saya, acara kunjungan ke orang tua staf ini perlu dilakukan paling tidak setahun dua kali karena bisa menguatkan, menghibur, dan menghargai para orang tua yang sudah lanjut usia dan juga staf itu sendiri. Terima kasih dan shalom.

Yoseph

Tentang Yoseph

Yoseph Sariyanto telah menulis 2 artikel di blog ini..

Cetak tulisan ini Cetak tulisan ini
Comments (0) Trackbacks (0)

No comments yet.


Leave a comment

Connect with Facebook

No trackbacks yet.