Blog SABDA
1Dec/140

Sharing PA Kitab Mazmur di YLSA

Sepanjang bulan Oktober lalu, seluruh staf YLSA melakukan Pendalaman Alkitab (PA) dari Kitab Mazmur, setiap Selasa — Kamis. Sebenarnya, PA dari kitab Mazmur ini sudah dilakukan pada bulan Juni — Agustus, tetapi pada bulan September, kami selingi dulu dengan PA Sekolah Alkitab Audio (SAA). Baru pada bulan Oktober ini, kami lanjutkan lagi PA dari kitab Mazmur.

Kamis, 30 Oktober 2014, merupakan hari terakhir bagi saya dan teman-teman dalam kelompok PA saya selama bulan Oktober. Kelompok ini beranggotakan Mbak Okti, Mas Berlin, Mas Hadi, Mbak Wiwin, dan saya sendiri, Hilda. Selama Oktober, semua staf YLSA dibagi ke dalam beberapa kelompok untuk bersama-sama melakukan penggalian firman Tuhan dari kitab Mazmur.

Untuk mengakhiri kelompok PA bulan Oktober, pada jam istirahat kantor pkl. 10.00, kelompok kami pergi makan bersama sambil membagikan pelajaran-pelajaran yang sudah kami dapat sepanjang satu bulan melalui kelompok PA dan perenungan kitab Mazmur. Sembari menunggu pesanan makanan kami datang, kami memulai sharing yang kami buka dengan doa.

Yang pertama sharing adalah Mbak Okti. Ia merasa bahwa kelompok PA ini sebenarnya menyenangkan, tetapi dengan metode yang sama dilakukan setiap hari selama hampir beberapa bulan dengan kitab Mazmur, membuat PA terkadang menjadi membosankan. Kita tidak selalu dapat belajar dan mengambil banyak pelajaran dari ayat-ayat yang direnungkan, tetapi hanya mencari ayat-ayat yang berkesan lalu disharingkan. Yang terjadi kemudian adalah kesan yang klise atau begitu-begitu saja, seperti formalitas, bukan kebutuhan. Padahal, seharusnya firman Tuhan menjadi kebutuhan kita sebagai anak-anak Allah.

Sedangkan, bagi Mbak Wiwin, ia justru sangat menikmati kelompok PA ini karena melalui kelompok kecil seperti ini, ia menjadi lebih bisa mengenal diri dan pribadi staf lainnya dibandingkan melalui persekutuan doa staf yang bentuknya kelompok besar. Lebih sulit bagi Mbak Wiwin untuk bicara dari hati ke hati dan mengenal lebih dalam kepribadian teman-teman yang lain di persekutuan doa.

Ada juga Mas Berlin dan Mas Hadi yang belajar dari kitab Mazmur untuk lebih berekspresi dan terbuka pada Tuhan. “Orang Jawa sejak kecil tidak dilatih untuk berekspresi, terutama kepada Tuhan,” ungkap Mas Berlin. Melalui kelompok PA ini, ia belajar untuk berekspresi pada Tuhan, seperti saat marah ataupun saat senang, dan kita tidak lagi menutup-nutupi emosi yang ada. Ia juga belajar bahwa dengan menjadi orang Kristen, kita harus memiliki kesadaran bahwa sering kali kita akan menerima ketidakadilan, tetapi bersikap seperti Daud yang mengembalikan setiap pergumulannya kepada Tuhan. Mas Hadi juga mulai terbuka untuk menceritakan setiap persoalannya kepada Tuhan, terutama pada perikop-perikop terakhir yang banyak membahas tentang doa. Ia menjadi semakin mengerti bahwa segala sesuatu dalam pergumulannya dapat dimulai dengan doa.

Sementara itu, saya sendiri merasa cukup terberkati oleh kelompok PA ini meskipun saya hanya bisa mengikuti PA seminggu sekali, yaitu setiap hari Kamis, karena berbenturan dengan jadwal kuliah yang harus saya ikuti. Saya belajar bahwa setiap Mazmur Daud terdapat pola yang dapat dibaca dan setiap pola itu mempunyai makna. Saya juga belajar untuk tidak hanya merenungkan firman Tuhan yang tersurat, tetapi juga yang tersirat. Selain itu, saya belajar bahwa setelah merenungkan firman, saya harus mengambil langkah praktis atau aplikasi yang akan saya lakukan untuk merespons ayat tersebut.

Selesai sharing, pembicaraan dilanjutkan dengan diskusi mengenai metode PA yang telah dilakukan selama ini, yaitu mengenai metode yang cocok dan baik untuk merenungkan firman dari kitab tertentu. Ada beberapa masukan yang diberikan. Pertama, menggunakan bahan dari Sekolah Alkitab Audio (SAA) karena cukup membukakan pikiran dengan penggalian lebih dalam dari sebuah pasal dan tema di dalam Alkitab. Kedua, menggunakan buku-buku panduan PA berisi panduan pertanyaan yang dapat membantu kita mengupas firman Tuhan dengan lebih mendalam. Ketiga, Mbak Okti juga mengusulkan untuk menggunakan Software SABDA yang memiliki panduan ayat-ayat, pertanyaan, tafsiran, dan pranala yang cukup lengkap untuk mempelajari firman. Keempat, Mas Berlin menyarankan buku “Driven Life” yang ada di perpustakaan YLSA, yang menurutnya dapat menuntun PA lebih baik. Kelima, metode S.A.B.D.A (SimakAnalisisBelajarDiskusi + DoaAplikasi) juga dapat menjadi pilihan karena sudah cukup terstruktur. Terakhir, proyek situs AYT.co nantinya juga bisa dijadikan salah satu cara, tetapi karena AYT.co masih dalam proses pengerjaan, metode ini masih sulit untuk kami lakukan sekarang.

Tanpa terasa, hari sudah semakin siang. Meskipun diskusi berjalan cukup seru, tetapi kami harus segera kembali ke kantor karena masih banyak pekerjaan yang menunggu. Namun, saya bersyukur karena hari itu kami boleh sharing dan diskusi bersama. Ternyata, kami memiliki kerinduan untuk melakukan PA yang lebih baik dan semoga di bulan selanjutnya, kelompok PA di Yayasan Lembaga SABDA boleh lebih baik dan aplikatif sehingga memenuhi kebutuhan staf untuk belajar dan bertumbuh bersama dalam kebenaran firman Tuhan.

Hilda

Tentang Hilda

Hilda Debora telah menulis 9 artikel di blog ini..

Cetak tulisan ini Cetak tulisan ini
Comments (0) Trackbacks (0)

No comments yet.


Leave a comment

Connect with Facebook

No trackbacks yet.