Blog SABDA
3Sep/141

Seminar “Mengajar Yang Mengubah Hidup”

Dunia pendidikan di Indonesia mendapat banyak sorotan akhir-akhir ini. Terkuaknya kasus asusila di salah satu sekolah bertaraf internasional di Jakarta beberapa waktu lalu, semakin menambah kecemasan para orang tua terhadap institusi yang bertanggung jawab mendidik anak-anak mereka. Tentu ini menjadi salah satu pendorong semakin menjamurnya para penggiat pendidikan untuk lebih berhati-hati demi mengembalikan kepercayaan masyarakat pada institusi pendidikan di Indonesia. Meski telah merdeka selama 69 tahun, banyak kalangan menilai kondisi pendidikan di Indonesia masih rendah. Sebenarnya, dari segi kualitas sumber daya manusia, Indonesia tidak kalah dengan bangsa lain. Hanya saja, sistem yang kurang tepat — yang tentunya melibatkan para praktisi pendidikan — telah menghambat pertumbuhan pendidikan di Indonesia.

Sebagai salah satu bentuk keprihatinan terhadap situasi dunia pendidikan di Indonesia, pada 4 Agustus 2014 yang lalu, YLSA menyelenggarakan sebuah acara seminar pendidikan, bertema “Mengajar yang Mengubah Hidup”. Target yang ingin kami jangkau adalah para guru, orang tua, pembina pemuda dan remaja, guru sekolah minggu, pendeta, aktivis gereja, dan mereka yang berkompeten terhadap dunia pendidikan. Harapan kami, pelajaran yang diterima dari seminar ini dapat mengubah banyak kehidupan peserta didik dan lingkungannya. Sebab, tidak dimungkiri bahwa masih ada pelaku pendidikan yang tanpa sadar memberikan pendidikan yang kurang tepat, baik dari sisi konten, metode, ataupun pengenalan pendidik terhadap dirinya sendiri. Melalui seminar yang menitikberatkan pada sisi pengenalan pendidik ini diharapkan para pendidik mendapat fondasi untuk mendasari dua sisi sebelumnya.

Pdt. Dr. Sentot Sadono, D.Th, selaku pembicara seminar, menyampaikan tiga kompetensi dasar yang harus dimiliki seorang pengajar berikut ini:

1. Seorang pengajar harus sudah lebih dulu diubahkan hidupnya.
Seorang pengajar adalah seorang agen perubahan. Karena itu, seorang pengajar harus mengerti bahwa “siapa dia, jauh lebih penting daripada apa yang ia katakan atau kerjakan”. Untuk dapat mengubah hidup orang-orang yang diajarnya, pengajar harus terlebih dulu mengalami perubahan itu sendiri.

2. Pengajar harus profesional, yang berbasis pada spiritualitasnya.
Seorang pengajar tidak hanya dituntut untuk profesional dalam mengajar, tetapi juga tahu pada fondasi apa ia membangun profesionalismenya, yaitu pada spiritualitasnya. Lima hal yang harus diperhatikan pengajar berkaitan dengan spiritualitasnya adalah sumber spiritualitas, landasan spiritualitas, bentuk/jenis spiritualitas, sifat spiritualitas, dan hasil spiritualitas.

3. Pengajar harus mengajar dengan hati.
Mengajar yang berdampak bukanlah dari kepala ke kepala, melainkan dari hati ke hati. Kata “hati” mencakup keseluruhan diri manusia, yaitu pikiran, perasaan, dan kehendak seseorang. Pengajar harus memahami bahwa mengajar merupakan proses mengubah keseluruhan diri manusia, bukan hanya intelektualnya saja.

Sebenarnya, kompetensi dasar yang hendak disampaikan oleh Pak Sentot ada empat, tetapi karena keterbatasan waktu, beliau hanya mengulas tiga kompetensi dasar. Namun, Pak Sentot memberikan keleluasaan kepada peserta untuk membaca materi yang sudah beliau siapkan untuk di-copy dari panitia.

Kami sungguh bersyukur karena acara seminar ini dapat berjalan dengan baik dan menjadi berkat bagi peserta. Kami juga bersyukur karena peserta yang mengikuti seminar ini melebihi target yang diharapkan. Dalam rapat panitia, kami hanya menargetkan 250 peserta, tetapi yang datang dalam seminar tersebut lebih dari 300 orang. Puji Tuhan!

Telah menjadi budaya di YLSA bahwa dalam setiap acara, seperti acara seminar ini, kami berusaha memberikan berkat lebih kepada orang lain. Karena itu, selain menyelenggarakan seminar, YLSA juga membuka “booth” instalasi Alkitab, CD Audio Alkitab, dan DVD Library SABDA Anak untuk memperlengkapi peserta dalam pelayanan mereka, dan semuanya itu diberikan secara gratis. Kiranya semua pelayanan yang diberikan YLSA dapat menolong para peserta untuk semakin meningkatkan kualitas pelayanan mereka. Soli Deo Gloria!

Berlin

Tentang Berlin

Berlian Sri Marmadi telah menulis 9 artikel di blog ini..

Cetak tulisan ini Cetak tulisan ini
Comments (1) Trackbacks (0)
  1. Wah saya ingin membaca modul seminarnya atau slide Power Point-nya.. supaya saya juga dibekali menjadi pengajar yang baik :). Khususnya, ingin belajar tentang lima hal yang harus diperhatikan pengajar berkaitan dengan spiritualitasnya adalah sumber spiritualitas, landasan spiritualitas, bentuk/jenis spiritualitas, sifat spiritualitas, dan hasil spiritualitas.


Leave a comment

Connect with Facebook

No trackbacks yet.