Blog SABDA
12Mar/142

YLSA dan Kebaktian Pembaruan Iman Nasional (KPIN) Solo

Bagi beberapa orang, terutama anak muda, ‘Valentine’ atau hari Kasih Sayang merupakan momen istimewa untuk mengungkapkan perasaan kasih kita kepada pasangan, keluarga, sahabat, atau orang-orang terdekat lainnya. Tahun ini, seluruh “penghuni” SABDA mendapatkan kesempatan langka dan berharga untuk menyatakan kasih kami kepada Tuhan Yesus.
Pada malam hari Valentine, yaitu tanggal 13 Februari 2014, di Solo diadakan acara Kebaktian Pembaruan Iman Nasional (KPIN) yang diselenggarakan oleh Stephen Tong Evangelistic Ministry International (STEMI), dengan pembicara utama Pdt. DR. Stephen Tong, seorang penginjil kaliber dunia yang dipakai Tuhan secara luar biasa. Acara ini dilangsungkan di Stadion Sriwedari Solo, mulai pukul 18.00 hingga selesai, dan dihadiri oleh kurang lebih tujuh ribu anak-anak Tuhan dari Solo dan sekitarnya.

Pada acara ini, tim Yayasan Lembaga SABDA (YLSA) sebenarnya tidak masuk dalam kepanitiaan, tetapi karena menyadari besar dan pentingnya acara ini, kami belajar proaktif dengan mengajukan diri untuk bergabung menjadi bagian dari tim Ibu Widya (salah seorang panitia). Dua minggu sebelum acara, kami sudah membentuk “internal team” untuk menyebarkan brosur ke beberapa tempat seperti: sekolah, kampus, gereja, komunitas Kristen, dsb.. Dalam briefing yang dipimpin oleh Ibu Yulia, sebelum menyebarkan brosur, kata-kata yang cukup menggugah adalah “satu brosur, mungkin akan menyelamatkan satu jiwa”. Ya, kita tidak tahu apa rencana Tuhan bagi individu-individu yang menerima brosur untuk hadir di acara KPIN ini. Mungkin saja, brosur itu menjadi salah satu cara agar orang tersebut mendengar Injil Keselamatan. Bagi saya, menyadari dampak besar dari hal kecil yang kita lakukan dalam Tuhan sangatlah penting. Itu menjadi salah satu “bahan bakar” dalam melayani Tuhan.

Rencananya, pada hari H, kami akan berkumpul di lokasi mulai pukul 15.00, tetapi ternyata sejak pukul 10.00 beberapa staf YLSA sudah berangkat untuk membantu membungkus snack. Saya dan beberapa teman cowok lainnya juga sudah ada di lokasi pukul 13.00. Di sana, kami membantu memperbaiki penataan kursi… Ya, sekian ribu kursi yang sudah ditata di tengah stadion, ternyata harus ditata ulang untuk memudahkan peserta keluar masuk dari barisan kursi-kursi tersebut. Di bawah teriknya matahari pukul 13.00, bersama beberapa panitia dari Jakarta, kami mencoba melakukan pekerjaan sebaik mungkin. Saya “meneduhkan” pikiran dengan membayangkan ribuan orang yang merasa bersyukur karena dapat duduk dengan nyaman mendengarkan firman Tuhan dan mendapatkan pembaruan iman. Bukan menghibur diri sih, tetapi daripada mengeluh, saya ingin belajar untuk melakukannya dengan kerelaan. Toh, dalam situasi seperti itu, mengeluh justru akan membuat badan lebih capek.

Acara KPIN akan dimulai pukul 18.00, tetapi pada pukul 16.00 hujan deras mengguyur kota Solo. Dari tribun stadion, kami bisa melihat besarnya angin yang datang bersama hujan. Bahkan, panggung tempat Pak Tong akan berkhotbah juga berantakan. Di tengah hujan lebat itulah, tim YLSA harus siap melayani sebagai tim transportasi. Dengan mengenakan jas hujan, kami berlari menyeberangi stadion untuk melakukan tugas ‘check point’ pada kendaraan peserta yang khusus mendapat subsidi. Kami berbaris di pinggir jalur yang dikhususkan bagi kendaraan bersubsidi dan mendata jumlah peserta yang ada dalam kendaraan tersebut. Puji Tuhan, hujan semakin mereda seiring dengan kedatangan kendaraan-kendaraan peserta. Tim SABDA, dengan didampingi oleh Ibu Widya, dapat menjalankan tugas dengan baik dan dengan sukacita. Ada banyak peristiwa lucu dan menyenangkan yang tidak akan kami lupakan. Sesuai jadwal, kami harus menyudahi pendataan ini pukul 19.00 karena kami sendiri juga harus ikut mendengarkan firman Tuhan.

Secara pribadi, saya mendapat berkat dari sesi kesaksian penginjil Michael Liu. Salah satu kalimat yang dia ucapkan yang saya ingat adalah, semakin kita mengenal Tuhan, semakin kita menyadari betapa kita tidak serupa dengan-Nya. Bagi saya, kata-kata ini memiliki makna yang dalam dan menempelak. Harapan saya, kesadaran akan ketidakserupaan itu akan mendorong saya untuk terus berusaha semakin serupa dengan Dia. Dengan semakin berfokus pada Kristus, saya berharap saya dapat semakin memahami kehendak-Nya atas hidup saya. Itulah malam Valentine kami bersama Tuhan.

Berlin

Tentang Berlin

Berlian Sri Marmadi telah menulis 9 artikel di blog ini..

Cetak tulisan ini Cetak tulisan ini
Comments (2) Trackbacks (0)
  1. Saya sendiri tidak ikut terlibat dalam tugas “check point”, tetapi saya ikut terlibat di tugas yang lain. Oleh karena itu, saya tidak mengalami sendiri pengalaman Mas Berlin dan teman-teman yang lain yang berdiri di “check point spot”.

    Namun demikian, saya dapat cerita banyak dari tulisan ini dan sharing teman-teman beberapa waktu yang lalu. Sungguh menyenangkan bekerja bersama-sama di ladang Tuhan. Ini adalah momen yang spesial karena belum tentu kita bisa mengalaminya lagi.

    Terkait dengan materi khotbah Pak Tong dan kesaksian dari Michael Liu dalam acara KPIN ini, saya tentu saja memperoleh penguatan bahwa semua ilmu yang manusia pelajari haruslah berdasarkan “Logos” yang disampaikan Allah. Karena firman Tuhan adalah sumber kebenaran segala ilmu. Iman Kristen bukanlah iman yang asal-asalan atau tidak masuk akal. Iman Kristen adalah iman yang dapat dipertanggungjawabkan secara moral dan logis. Itulah yang saya dapatkan dari acara ini. Sementara itu, kesaksian Michael juga mengingatkan saya bahwa orang percaya bisa saja jatuh dalam kepenatan rohani dan kekecewaan yang teramat berat, baik kepada pendeta, gereja, atau bahkan Tuhan. Namun, ini tidak berarti kita perlu memilih berbuat bejat semau-maunya kita lantas berbalik lagi kepada Tuhan saat ajal akan menjemput kita. Beriman teguh dalam Kristus dan hidup suci adalah hal pokok yang harus kita pertahankan dalam mengiring Kristus. Inilah yang saya dapatkan dari acara KPIN ini sekalipun masih ada banyak hal lagi yang tidak saya ceritakan saat ini.

    Bagaimana dengan teman-teman yang lain? Rekan-rekan panitia juga boleh berkomentar loh.. 🙂

  2. Senang juga waktu ikut membantu acara KPIN. Meskipun hujan deras mengguyur sebelum acara dimulai, justru saat itulah kita, semua staf SABDA, merasakan kekeluargaan dan kesehatian. Sayangnya, pada saat acara dimulai, saya duduk di lintasan lari. Di sana ramai banget sehingga susah untuk berkonsentrasi. Tetapi, saya mendapatkan berkat “Tuhan akan selalu mengasihiku dalam keadaan bagaimanapun.”


Leave a comment

Connect with Facebook

No trackbacks yet.