Blog SABDA
19Feb/1411

Kesehatian Staf YLSA di Kedung Ombo

“Besok Sabtu Raker cuma setengah hari, habis itu kita ke Kedung Ombo…”

“Apa? Gedung Ombo?”

“Bukan, Kedung Ombo. Tempatnya di daerah Boyolali, 1,5 jam dari Solo. Selain sebagai waduk, Kedung Ombo juga objek wisata, ada tempat pemancingannya juga.”

Begitulah percakapan saya dengan salah satu staf YLSA di tengah kesibukan mempersiapkan Raker YLSA 2014. Saya membayangkan Raker yang dilaksanakan selama tiga hari berturut-turut pasti akan membuat kepala pening. Tapi, ide wisata ke “Kedung Ombo” menjadi ‘berita baik’ yang melegakan hati saya, dan mungkin juga semua staf YLSA lainnya (iya ga?).

Sesuai dengan rencana, selesai hari terakhir Raker (Sabtu, 11 Januari 2014), kami berangkat ke Kedung Ombo pukul setengah 12 siang dengan 5 mobil. Saya ikut mobil suami Mbak Okti. Selain keluarga Mbak Okti (suaminya, Mas Sigit, dan anaknya, Bening), ada juga Mbak Anik dan Yegar. Perjalanan yang cukup jauh memberikan banyak kesempatan bagi kami untuk mengobrol sehingga kami sangat menikmati perjalanan kami.

Akhirnya, senang sekali kami bisa sampai di Kedung Ombo dan bisa berpiknik lagi dengan keluarga YLSA! (sebelumnya saya juga pernah menuliskan blog tentang piknik YLSA di Tawangmangu). Tempat yang kami tuju di Kedung Ombo adalah sebuah rumah makan terapung di pinggir waduk. Sebelumnya, Mas Benny sudah menyurvei dan memesan tempat untuk kami bisa bersama-sama piknik di sana. Wah…, suasana waktu itu sejuk dan sepi, tetapi tiba-tiba ramai karena kedatangan kami semua. 😀

Kami semua duduk lesehan. Sambil menikmati keindahan waduk, kami mendengar lebih dulu presentasi divisi HRD, Humas, dan Keuangan yang dibawakan oleh Mbak Evie karena belum sempat dipresentasikan pada saat Raker tadi pagi di kantor. Setelah selesai, kami pun berdoa bersama dan mengucap syukur atas Raker yang bisa berakhir dengan baik dan berkat yang sudah Tuhan sediakan siang itu, yaitu ‘puncak acara’ santap siang dengan menu ikan nila goreng dan nila bakar (Ingat, masing-masing hanya mendapat satu porsi saja ya!).

Kunjungan keluarga YLSA ke Kedung Ombo juga menjadi bentuk kesehatian kami sebagai rekan sekerja dalam pelayanan. Oleh karena itu, kesempatan ini tidak kami sia-siakan hanya dengan makan dan langsung pulang. Yegar dengan piawainya memandu kami dengan beberapa permainan yang semakin mengakrabkan suasana kebersamaan. Semua terlihat sangat menikmati suasana, termasuk Pak Philip yang terlihat akrab walaupun baru beberapa hari bergabung dengan kami semua.

Belum selesai dengan beberapa permainan, kami masih punya ‘puncak acara’ berikutnya, yaitu menikmati kelapa muda yang dibawa Mas Benny dari Solo dan ‘camilan’ yang dibawa oleh semua staf untuk acara perjamuan kasih. Tapi sayang, acara ‘ngemil’ tidak terlalu berhasil, mungkin karena kami sudah kekenyangan. Karena itu, kami melanjutkan kebersamaan kami dengan saling mengobrol, bersendau gurau bersama, dan tentu saja berfoto-foto ria. Sampai kira-kira pukul 3 sore, ketika kami sudah bersiap-siap untuk meninggalkan rumah makan terapung, tiba-tiba hujan turun seakan menahan kami pulang. Alhasil, kami pun melanjutkan acara ‘ngemil’, dan juga doa bersama. Belum acara doa berakhir, hujan reda, maka kami pun bergegas untuk kembali ke Solo.

Sebagai pelayan Tuhan, kami semua sangat senang dengan kesempatan yang diberikan untuk berekreasi dan bersantai sejenak. Rencana pelayanan 2014 yang dihasilkan selama Raker sudah ada di depan mata. Agenda-agenda pelayanan menyambut 20 tahun YLSA juga sudah menanti untuk segera direalisasikan. Semua itu tentu memiliki tantangannya sendiri-sendiri. Namun, ketika mengingat semua kebersamaan kami, kami menyadari bahwa kami tidak berjalan sendirian. Kami bersama-sama dalam satu tubuh Kristus akan terus melangkah dan berjuang bersama memuliakan Tuhan melalui bidang pelayanan kami, yaitu IT for GOD. Maju terus YLSA! Tuhan Yesus memberkati.

Ade

Tentang Ade

Adiana Yunita telah menulis 10 artikel di blog ini..

Cetak tulisan ini Cetak tulisan ini
Comments (11) Trackbacks (0)
  1. Baru pertama ke Kedung Ombo, ternyata asyik juga tempatnya, walau jalan menuju ke sana lumayan penuh gejolak (bergelombang euy, kayak jalan off road) 🙂

    Senang acara penutupan raker YLSA berlangsung dengan cara outing ke luar. Bukan saja karena kami dapat pemandangan yang asyik dan acara permainan yang seru, tapi terlebih karena kebersamaan yang didapat di antara semua staf. Buat saya, dibanding tahun lalu, penutupan raker tahun ini jauh lebih berkesan. 🙂

    So, penutupan raker YLSA 2015 kira-kira ke mana yah?
    🙂

  2. Yay!!!

    Raker tahun ini memang beda daripada raker-raker sebelumnya. Kesannya lebih tajam dan fokus ke hal-hal penting yang harus dilaporkan dan direncanakan. Ditambah lagi ada “refreshing trip” ke Kedung Ombo di sesi terakhir.

    Saya sendiri, meskipun orang yang dilahirkan di Solo dan besar di sekitar Solo, baru pertama kali ini menginjakkan kaki di Kedung Ombo. Rasanya menyenangkan juga ketika hampir tiba di tempat makannya. Sayangnya, jalan yang harus dilewati ke sana lumayan bergelombang dan banyak berlubang.. Jadi harus pelan-pelan agar perut tidak mengalami kontraksi.. hehehe.

    Intinya, senanglah dengan adanya acara ini. Serius merencanakan pelayanan yang lebih efektif sekaligus menyemangati diri dengan menikmati alam yang Tuhan ciptakan bersama rekan-rekan sepelayanan. Sungguh, ini momen yang mahal dan pantas dikenang.

    Jia you!!! Mari kita terus bersemangat melayani Tuhan bersama, dan jangan lupa rileks dan menikmati hidup yang dianugerahkan-Nya kepada kita.

    Terpujilah Tuhan Yesus, Bos Besar kita! *_^

  3. Selama saya di YLSA, baru kali ini acara penutupan raker dilakukan di luar kantor … hehe. 🙂

    Saya sudah sering mendengar tempat bernama “Kedung Ombo”, tetapi belum pernah ke sana … dan ternyata YLSA mewujudkannya. Duh, senangnya. 😀
    Sebelumnya, saya berpikir berkali-kali untuk ikut ke Kedung Ombo, “Ikut nggak ya? Ikut nggak ya?” Karena, sudah ada beberapa orang yang mengatakan kalau jalan menuju ke Kedung Ombo … yah, lumayan parahlah.

    Hemm … dengan keyakinan teguh, saya ikut juga (saat itu saya hamil 8 bulan). Selain senang menikmati serangkaian acara di sana, saya juga sangat berterima kasih kepada Tuhan (yang telah memberi kekuatan), kak Yochan (yang sudah sangat berhati-hati menjalankan mobilnya), mbak Anik (yang menemani saya berjalan pelan-pelan), dkk.. 😀

    Thanks for all!

  4. Perjalanan ke rumah makan apung cukup jauh, dan di tengah jalan saya melihat suatu bis yang ditumpangi anak-anak sekolah. Bis tersebut sudah sangat penuh, bahkan anak-anak bergelantungan di pintu-pintu bis, dan ada juga 3-4 orang yang bergelantungan di bagian belakang bis. Sungguh sangat memprihatinkan sekaligus mengharukan. Bagaimana tidak, di tengah keterbatasan fasilitas seperti itu, anak-anak itu masih semangat untuk bersekolah demi mengejar pendidikan, padahal cara bergelantungan seperti itu dapat membahayakan nyawa mereka. Saya pun berpikir, pemandangan seperti itu hanyalah satu dari sekian banyak hal yang terjadi kepada para pelajar di pelosok. Saya juga teringat dengan kejadian yang saya baca di koran, di mana para pelajar di suatu desa harus menyeberang sungai berarus deras dengan cara bergelantungan di jembatan karena salah satu tali utama pengikat jembatan itu putus. Ironisnya lagi, desa tersebut terletak hanya sekitar 50 km dari ibu kota tercinta kita. Bayangkan bagaimana kondisi para pelajar di daerah-daerah tertinggal. Inilah fakta yang harus terus kita suarakan agar keadilan sosial bisa terus diperjuangkan di tengah-tengan sentralisasi ekonomi dan pembangunan di negeri ini.

  5. Wah.. di dalam perjalanan pun ternyata kita bisa belajar banyak hal ya, Meland. 😀

    Mungkin anak-anak sekolah yang bergelantungan di bis itu sudah terbiasa dengan kondisi yang ada, sampai-sampai mereka tidak menyadari bahwa apa yang terjadi terhadap mereka begitu miris. Kita bisa belajar dari mereka untuk terus bersyukur dan bersemangat mengerjakan segala sesuatu yang sudah dipercayakan kepada kita. Amin! Semangat teman-teman!:D

  6. Minggu lalu, kami sekeluarga pergi lagi dengan Daniel dan Jeremy. Ternyata sekarang rumah makan apung itu punya mainan baru ‘speed boat’ dan bisa disewa dengan harga murah sekali. Kapan-kapan ke sana lagi yuk….. Siapa mau ikut?

  7. Saya ikut senyum-senyum mengingat-ingat penutupan raker itu… Suasana permainan yang dipimpin Yegar ternyata meriah. Salah satu permainannya adalah semua staf dibagi dalam kelompok-kelompok. Dan, kelompok-kelompok itu harus diberi nama yang serius dan juga ada yang ‘nyeleneh’ untuk dijadikan sasaran tembak. Salah satunya kelompok kami (Meland, Hadi, Amy, dan saya ) dengan nama ‘kapak merah pencabut nyawa’. Saat menyebut nama kelompok kami, kami sendiri sudah tertawa karena ke-nyeleneh-an nama kelompok itu. Dan, kami sendiri tambah tertawa karena lupa dan kurang kompak saat mendapatkan giliran menyebutkan nama itu.

    Walhasil, kami mendapat hukuman tidak bisa ikut permainan itu sehingga kami hanya menjadi penonton dan penggembira saja serta sesekali menimpali ‘tembak-tembakan’ kelompok lain.

    Lebih dari itu, kami bersyukur untuk keakraban di Kedung Ombo. Lagi yukkkk 😉

  8. Senang sekali memiliki pengalaman pergi ke rumah makan apung di Kedung Ombo bersama teman-teman YLSA. Pertama kali dengar istilah “Kedung Ombo”, masih belum “ngeh” kalo kata “Kedung” artinya waduk :p. Dan, yang bikin penasaran tentang lokasi ini adalah cerita dibalik pembuatannya dulu. Bahkan, ada yang mengatakan saat waduk ini kering, masih terlihat bangunan-bangunan lama yg ada di dasar waduk. Pasti lain rasanya, jika yg ada di dasar waduk itu adalah bekas rumah dari kerabat yg kita kenal. Tentunya, saat mereka dulu membangun rumah di situ, tidak mengetahui bahwa suatu saat wilayahnya akan dijadikan waduk.

    Berkaitan dengan acara Raker yang diadakan waktu itu, semoga apa yg telah direncanakan tahun ini dapat berjalan seturut dengan kehendak Tuhan. Dan, apapun yang terjadi, sekiranya kita dapat terus bersukacita dalam Tuhan, bukan karena rencana yang berhasil atau achievement yang banyak, melainkan karena kita memiliki Tuhan yang Besar. Semangat buat semua.

    IT 4 GOD! 🙂

  9. Yeeaaaa… Pertama kalinya juga pergi ke Kedung Ombo..
    Jalan menuju ke Kedung Ombo sangat menantang, berkelok-kelok, melintasi hutan. Sebenernya lebih asik lagi kalo memakai kendaraan bermotor roda dua, lebih bisa menikmati ritme jalan. 🙂

    Refreshing perdana tahun 2014 setelah berpikir bersama menetapkan rencana kerja tahun ini. Kiranya dengan peristiwa ini saya semakin disegarkan dan disemangatkan supaya bisa mengerjakan rencana yang sudah ditetapkan.

    Selamat memulai pekerjaan di tahun 2014!!!

    Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya. (Yesaya 40:29)

  10. Senang bisa ke Kedung Ombo. Penutupan Raker dengan rekreasi membuat suasana kekeluargaan YLSA semakin kental dan terasa. Dengan berakhirnya Raker, pekerjaan dan target pun telah menanti di hadapan kita semua. Semangat dan komitmen yang kuat yang akan membuat kita mampu menyelesaikannya, dan pastinya tak terlepas dari anugerah Tuhan yang telah memampukan kita.

    Dari komentar Meland dan Ade, aku pernah merasakan hal itu. Dan, memang kondisi yang mengharuskan seperti itu. Dulu, jam setengah 6 pagi pun dah penuh, dan kalo kita berangkat jam 6, kita dah pasti kehabisan bis karena semua penuh. bisa-bisa sampai sekolah jam 9 (karena aku dulu pernah).

  11. Raker di Kedung Ombo, sesuatu banget pokoknya. Apa yang sesuatu..?? Yang sesuatu adalah perjalanannya. Karena saya dan beberapa teman naik mobil kantor yang diberi nama “Tank” (ngga tahu siapa yg kasih nama mobil itu ‘Tank’, mungkin pak Gunung.., hehe). Nyetirnya mirip aktor film “Doom” di film “Fast and Furious”. Bener-bener fast en dangerous. Ketar-ketir kita di dalam mobil. Boro-boro mau tidur di perjalanan, mo duduk nyaman aja susah bener, pasalnya kita di dalam mobil udah kayak “telur kocok”, lempar sana lempar sini. uph.., begitulah. Namun begitu, tetap senang karena nyampe lokasi, refresh otak dulu. Bisa nyantai + makan kenyang sama teman-teman. Seru dan menegangkan..


Leave a comment

Connect with Facebook

No trackbacks yet.