Blog SABDA
27Sep/133

Fase Kehidupan di YLSA

Setiap manusia selalu melewati beberapa fase kehidupan. Di dalamnya terselip pengalaman-pengalaman dan kejutan-kejutan yang akan membangun kepribadian kita. Ya, YLSA telah menjadi salah satu bagian dari fase kehidupan yang harus saya lewati untuk mempersiapkan saya menempuh perjalanan pelayanan masa yang akan datang. Seperti halnya seekor bayi penyu, sebelum ia mencapai lautan dan menikmati petualangannya di samudera luas, ia harus merangkak lebih dahulu di lautan pasir yang luas, sebelum nantinya menghadapi sesuatu yang lebih besar lagi. Kata-kata ini mungkin terlalu puitis jika dinilai dari sudut pandang catatan sebuah blog. Tapi tak apalah, hitung-hitung sebagai wacana pembuka.

Cerita ini dimulai sekitar setahun yang lalu, tepatnya pada tanggal 16 Juli 2012. Saya masih ingat betul, hari pertama saya masuk ke kantor YLSA, saya merasa masih malu-malu kucing dan segan untuk bercakap-cakap dengan para staf senior. Mereka kelihatan berwibawa sehingga membuat bibir saya sedikit “ngewel” ketika hendak menyapa mereka. Namun, saya bersyukur mereka ternyata ramah sehingga membuat saya berani bersosialisasi, bahkan akhirnya berteman secara akrab dengan semua staf.

Bagi saya, terlibat dalam pelayanan YLSA merupakan suatu berkat tersendiri. Setidaknya ada tiga berkat. Pertama, saya memandang YLSA memiliki pelayanan yang sangat bagus. Bagaimana tidak, setiap produk yang dihasilkan oleh YLSA merupakan produk-produk bermutu yang dapat menolong banyak pelayan Tuhan, bahkan kaum awam, untuk belajar banyak hal, terutama tentang Alkitab. Kemudian yang kedua, saya dapat belajar banyak hal, baik secara teknis, maupun kemampuan berpikir yang memaksa saya untuk berpikir seperti para filsuf… !!! Kemudian yang ketiga, melalui keterlibatan saya melayani di YLSA, saya mengalami pertumbuhan dalam aspek psikologi dan spiritual. Ketiga hal ini telah memberikan bekal tersendiri bagi saya sehingga saya siap melangkah ke fase kehidupan selanjutnya.

Di luar jam-jam kantor, hari-hari saya diwarnai dengan kehidupan “kos” yang begitu renyah. Selama tinggal bersama dengan staf YLSA yang lain, saya merasakan suasana kesetiakawanan dan kekeluargaan yang begitu hangat. Kami sering nonton bersama, makan bersama, berjalan kaki bersama, nge-game bersama, bersih-bersih bersama, icip-icip bersama, dsb.. Pengalaman-pengalaman seperti ini pasti meninggalkan kenangan tersendiri di hati saya. Selain itu, saya juga bersyukur karena antara kos putra dan kos putri terjalin sebuah interaksi dan komunikasi yang akrab, yang diwujudnyatakan dalam persekutuan doa bersama (Rabu malam) dan pertandingan ‘stratego‘(Jumat malam).

Seperti yang tertulis dalam Pengkhotbah 3:1, bahwa “Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya.” Demikian pula yang terjadi pada diri saya. Ada waktunya saya datang di YLSA, ada juga saatnya saya harus meninggalkan YLSA. Sebagai manusia biasa, saya tidak tahu dan tidak mengerti apa rencana Tuhan sebelum saya benar-benar mengalami hal yang direncanakan-Nya itu. Namun, saya percaya bahwa keterlibatan saya di YLSA merupakan satu fase kehidupan yang telah Tuhan persiapkan sebelum saya menerima sesuatu yang besar di depan sana. Di tengah-tengah waktu yang singkat ini, saya berharap keberadaan saya di YLSA memberikan sesuatu yang bermakna.

Akhir kata, saya bersyukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas penyertaan-Nya sehingga saya dapat melayani dan mengembangkan diri saya di YLSA. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Yulia, selaku pimpinan YLSA dan Tim PESTA yang selama ini telah membimbing dan memotivasi saya. Buat Mas Ryan, Mas Sigit, Mbak Anik, dan Amidya, thanks banget. Juga, terima kasih untuk teman-teman di divisi publikasi dan staf lain. Terima kasih untuk Mbak Evie yang sudah mengajari dan mengingatkan saya akan banyak hal. Saya juga berterima kasih untuk rekan-rekan di kos putra dan putri. Saya berharap YLSA dapat semakin berkembang dan dipakai secara luar biasa dalam pelayanan Tuhan untuk menolong hamba-hamba Tuhan dan seluruh umat Tuhan sehingga mereka semakin memahami Alkitab.

Tentang Doni

Doni Kukuh Mandiri telah menulis 3 artikel di blog ini..

Cetak tulisan ini Cetak tulisan ini
Comments (3) Trackbacks (0)
  1. Selamat melayani di tempat yang baru, Mas Doni. Tetap semangat yaaa… By the way, kemarin di persektuan kos, kami masih mendoakan Mas Doni, loh 🙂

  2. Wah, benar-benar blog perpisahan yang sangat puitis.

    Selamat jalan di fase kehidupan Mas Doni yang selanjutnya. Dengan tanggung jawab yang lebih besar lagi, kiranya Mas Doni semakin diperlengkapi dan melayani serta memuliakan Tuhan lebih lagi. Amin. Tuhan Yesus memberkati.

  3. Sejalan dengan kesungguhan kita melayani, Tuhan pasti menyatakan kehendak-Nya dalam hidup kita. Setialah pada perkara-perkara kecil, maka Tuhan akan mempercayakan kita perkara-perkara yang besar. Selamat melayani Tuhan, Don.


Cancel reply

Connect with Facebook

No trackbacks yet.