Blog SABDA
19Feb/107

Buah Manis Training di YLSA

Di YLSA, “tidak ada hari tanpa belajar”. Ya, itulah salah satu keistimewaan YLSA, karena YLSA sering memberikan “training” (pelatihan) bagi stafnya. Setiap hari Senin kita ada persekutuan staf yang bulan-bulan terakhir ini diisi dengan PA; sedangkan hari Jumat, kami ada training yang membahas berbagai hal, baik kerohanian, keterampilan, pengembangan diri, dll..

Khusus pada hari Kamis, ada juga pelatihan khusus bagi staf divisi Publikasi, termasuk saya yang ikut di dalamnya :). Pelatihan ini banyak diarahkan untuk belajar tentang dunia kepenulisan supaya kami bisa mengembangkan kemampuan dan keterampilan dalam tulis-menulis dan pelayanan Publikasi di YLSA. Saya merasa pelatihan ini sangat berguna untuk lebih meningkatkan kualitas bahan-bahan yang dikirimkan ke pelanggan. Selain pelatihan di dalam kantor, pernah juga diadakan di luar kantor. Kebetulan, saya sudah pernah mengikuti pelatihan di luar kantor, yaitu ketika YLSA mengundang seorang praktisi dunia menulis, Bapak Purnawan Kristanto (anggota SABDA Space), sebagai pembicara.

Selain pelatihan untuk masing-masing divisi, kadang juga diadakan pelatihan antardivisi, “cross training”. Pelatihan antardivisi ini memberikan wawasan baru dari dua dunia yang berbeda namun berkaitan, yaitu teknis dan nonteknis. Dunia teknis lebih banyak dikuasai oleh tim NET dan Web, sedangkan nonteknis oleh tim Publikasi. Menyenangkan saat kami, dari tim publikasi bisa membantu tim Web dan tim NET, khususnya ketika mereka meminta kami untuk melakukan testing modul atau walkthrough situs baru. Hasil dari training antardivisi ini pun membuat saya, dan teman-teman di tim Publikasi yang dulunya “buta” teknis, jadi bisa “sedikit mahir” untuk mengutak-atik situs 🙂

Yang unik, dalam setiap pelatihan selalu ada “PR” yang harus dikerjakan. Tujuannya adalah agar hasil pelatihan tidak dilupakan begitu saja, namun dapat langsung diaplikasikan dalam pekerjaan. Tidak jarang, “Bapak/Ibu guru” yang memberikan pelatihan menggunakan jurus “pemaksaan” untuk mempraktikkan pelatihan itu. Meskipun kata “pemaksaan” mungkin tidak enak didengar, namun bagi saya “pemaksaan” bisa membuahkan hasil yang manis, yaitu kebanggaan. Saya sendiri telah mengalami dan membuktikannya. Ingin dengar ceritanya?

Ketika diadakan pelatihan kiat menulis di media massa (September 2008), seluruh staf publikasi “dipaksa” untuk menulis dan mengirimkan tulisannya ke majalah Intisari. Kami diminta mencari ide “apa saja” untuk ditulis. Bingung, bingung, dan bingung adalah perasaan saya waktu itu. Padahal, waktu itu usia saya di keluarga besar YLSA baru 1 bulan. Saya merasa masih “kecil”, kok sudah mendapatkan tugas yang menurut saya berat. Tapi, okelah … dalam hati saya tetap bersemangat, tidak ada salahnya mencoba hal yang baik ini 🙂 Kami hanya diberi “deadline” 1 minggu untuk menulis, dan setelah itu semua tulisan dikirimkan “rombongan” ke majalah Intisari. Selang beberapa bulan, “Yee, tulisan Dian dimuat di Intisari!”, teriak mbak Evie. Ternyata tulisan Mas Dian (ex. staf), dimuat di Kolom Bahasa Kita. Beberapa bulan kemudian, gantian tulisan Mbak Yohanna (ex. staf) dimuat di kolom Jeda. Uhhh, sempat putus harapan, karena 1 tahun berlalu tulisan saya belum muncul juga. Setiap bulan saya selalu rajin menantikan datangnya majalah Intisari dan membolak-balik halaman dengan harapan salah satu judul di daftar isinya adalah judul artikel saya.

Akhirnya harapan saya tidak sia-sia. Bersyukur dan tersenyum lebar ketika saya mendengar bahwa tulisan saya tercetak di salah satu halaman majalah Intisari edisi Januari 2010. Selain tulisan saya, dimuat juga tulisan mbak Hilda (ex. staf) yang waktu itu juga termasuk dalam “rombongan” kami. Wuaaahh …. mulanya dipaksa-paksa, tapi ada buah manis dari pemaksaan tersebut. Untuk teman-teman yang lain, tetap semangat. Jangan menyerah untuk menulis lagi dan lagi dan lagi …. sampai ada judul artikel kalian tertera di daftar isi dari salah satu majalah atau media massa …. 🙂 Mari kita pakai talenta kita untuk memberkati banyak orang dan memuliakan Tuhan.

Tatik

Tentang Tatik

Tatik Wahyuningsih telah menulis 7 artikel di blog ini..

Cetak tulisan ini Cetak tulisan ini
Comments (7) Trackbacks (0)
  1. Tetap berkarya produktif mbak Tatik. Kirim karya terus sebanyak mungkin ke berbagai media: lokal dan nasional; majalah, tabloid, surat kabar, dll.
    Jika tulisan tidak dimuat, kirimkan lagi “tujuh puluh tujuh kali tujuh” hingga runtuhlah kekerasan hati sang redaktur.
    Selamat melayani!

  2. wah kayanya seru banget ya…

  3. selamat ya mba Tatik.. penantian setahunnya gak sia-sia ternyata..hehe

    kpn ngirim tulisan “rombongan” ke intisari lagi? Pengen ikut… 🙂

    oke, ditunggu makan-makannya ya mba 🙂

  4. Jika tulisan tidak dimuat, kirimkan lagi “tujuh puluh tujuh kali tujuh” hingga runtuhlah kekerasan hati sang redaktur.

    @Pa’Heru: siap pak!!!, kalau ngga runtuh juga, mari kita panggil kontraktor :p

    @imoet: salam kenal :)), iya seru banget!, apalagi saat kita bersemangat ingin mengutarakan banyak hal “di belakang kepala” kita pada pembaca :))

    @amii: training tgl 25 Feb’10 lalu kita dapat PR menulis ke majalah intisari secara rombongan kan? Ayoo!! kita tuangkan bakat kita!!

  5. wow…excellent 🙂

    Tak ada yang sia-sia dari apa yang kita kerjakan dengan tekun.

    Selamat ya! (telat lama nih ngucapinnya) hehe…

    Tetap berkarya dan jangan pernah menyerah!!

  6. Saya menyerah, mbak Tatik! Saya menyerah bahwa memang Andalah “dedengkot humor Kristiani”. Tiada yang lain hanya kau seorang!

  7. Semangat trus Tatik. Anda bakal mengubah masa depan yang kelam menjadi bersinar kembali.


Leave a comment

Connect with Facebook

No trackbacks yet.