Blog SABDA
31Aug/098

Kita Bisa Menonton Film Sambil Belajar di YLSA

theapprenticeSatu keistimewaan yang saya rasa unik di YLSA adalah metode-metode pelatihan yang diberikan untuk pengembangan stafnya — tidak hanya dengan mengikuti seminar di luar kantor atau diskusi dan presentasi di dalam kantor, tapi juga mendengarkan kaset, bahkan menonton film. Seingat saya, sudah ada beberapa film yang kita tonton bersama, misalnya seri TV “CSI” (Crime Scene Investigation), “The West Wing”, “Dr. House”, dan film-film lain seperti “Touching The Void”, “Miracle”, “Dangerous Mind”, dll.. Setelah menonton, maka kita berdiskusi dan semua akan ditanya dengan pertanyaan yang paling sering terdengar di YLSA: “Belajar apa?” Nah, dari hasil diskusi bersama itu kita jadi belajar banyak, lebih banyak daripada kalau belajar sendiri.

Pada tanggal 7 Mei – 3 Juni 2009, (saya, Kusuma Negara, Risdo, Budi, Titus, Billy, Yuppi, Dian, dan Eviriyanti) dan beberapa minggu pada bulan Agustus 2009 (Ratri, Kristin, Anik, Tatik, Setyo, Ivana, Rian, Theo, Novi, dan Dustin) mendapatkan kesempatan untuk mengikuti pelatihan mengenai kerja tim dan kepemimpinan dari menonton reality show yang sudah sangat terkenal, yaitu “The Apprentice”. Saya yakin sudah banyak yang pada tahu, jadi saya ringkaskan saja intinya, bahwa selama 16 minggu berturut-turut, melalui tugas-tugas proyek mingguan yang diberikan, kita melihat 16 kandidat “the apprentice” satu per satu berguguran (dipecat), tersingkir dari persaingan untuk menjadi “penerus” dari perusahaan Donald Trump. Yang terakhir tidak dipecat adalah pemenangnya. Nah, apa yang saya pelajari dari melihat proses “pemecatan” ini?

Saya bisa memberikan beberapa poin pelajaran yang saya dapatkan, tapi saya berharap rekan-rekan lain yang ikut dalam pelatihan ini bisa menambahkan juga, ya.

Pertama, bagaimana mengelola emosi ketika menghadapi konflik dalam tim. Konflik intrapersonal sering tidak dapat dihindari, tapi jangan sampai konflik itu membuat kinerja kita menjadi buruk. Tetaplah fokus dengan apa yang kita kerjakan dan selesaikan konflik dengan baik supaya tidak lagi menjadi batu ganjalan.

Kedua, bagaimana menjaga “passion” (hasrat dan gairah) dalam bekerja, sehingga membuat kita gigih dan tidak gampang menyerah ketika menghadapi kesulitan. Kalau tidak ada “passion”, maka kita tidak bisa memberikan totalitas, baik dalam memberikan ide, waktu, pemikiran, dan hati, untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Ketiga, pentingnya bekerja dalam tim — hasil kerja banyak kepala lebih baik daripada satu kepala. Tapi untuk berhasil bekerja dalam tim, kita harus saling percaya sehingga proses pendelegasian bisa dilaksanakan dengan baik. Juga harus ada “monitoring” dan komunikasi supaya hasilnya bisa dipastikan baik.

Wah, masih banyak pelajaran lain, tapi saya percaya rekan-rekan lain bisa menambahkannya. Yang pasti, pelajaran yang didapatkan dari pelatihan ini dapat diaplikasikan di YLSA supaya dampaknya bisa dirasakan bagi pengembangan pelayanan kekristenan di Indonesia. Ayo, rekan-rekan yang lain, apa saja pelajaran yang kalian dapat dari “The Apprentice”? Tulis di komentar, ya ….

Evie

Tentang Evie

Davida Dana telah menulis 39 artikel di blog ini..

Cetak tulisan ini Cetak tulisan ini
Comments (8) Trackbacks (0)
  1. Apprentice..mau lagi donk!!

  2. Saya pernah menonton season 1 di salah satu TV swasta, dan season 2 di DVD. Cukup menarik melihat orang-orang yang tadinya saling bekerja sama bisa dengan cepat berbalik saling menuding dan menyalahkan ketika menghadapi tekanan pimpinan di boardroom 🙂

  3. Pikiran pertama yang terlintas saat diberi kesempatan untuk nonton Apprentice yaitu, “buat apa nonton orang kerja, mending kerja sendiri”. hehehe….

    Tapi setelah nonton edisi pertama sampai ketiga saya menjadi tertarik untuk menonton sampai mengetahui siapa sang apprentice itu. 🙂

    Ternyata 2 sampai 3 jam ngga terasa berat saat menonton apprentice ini, dan banyak hal yang bisa dipelajari. Baik saat kita menjadi pemimpin maupun menjadi orang yang dipimpin. (Sejenak saya bersyukur karena saya dapat belajar banyak hanya dengan melihat tanpa saya harus mengalami apa yang mereka alami 🙂

  4. Nonton film di YLSA pasti tidak lepas dari pertanyaan “BELAJAR APA”? dan sebelum nonton di mulai harus tidak nunggu orang lain ngomong harus berlomba-lomba untuk angkat tangan. Hari-hari pertama dan kedua nonton aprentice sangat tidak menikmati dan sulit untuk mengikut tapi lama-kelamaan saya belajar dari nonton film Apprentice:

    Yang Pertama dalam kerja team tidak bisa membawa masalah pribadi dalam pekerjaan itu akan sangat bikin nggak enak dalam kelompok kerja dan hasil yang diperoleh tidak maksimal. Jadi masalah personal tidak bisa dicampuradukan dengan pekerjaan.

    Yang Kedua: Waktu sangat berharga, bagaimana bisa memanfaatkan waktu sebaik mungkin dalam pekerjaan.

    Yang Ketiga: Pandai-pandai mengatur strategi dalam mengatasi masalah, mencintai apa yang dikerjakan dan bekerja keras.

    Hal diatas menjadi pelajaran yang sangat berharga untuk saya pribadi, jadi nonton film di YLSA tidak ada ruginya di samping untuk refresing juga bisa belajar banyak hal…

  5. Dari nonton Apprentice hari pertama sampai yang terakhir, ada 60 hal yang saya catat dan pelajari dari menonton film tersebut (Novi ternyata rajin juga ya … 🙂 ). Beberapa di antaranya:

    1. Kerja harus profesional
    2. Harus punya konsep dan visi yang jelas
    3. Fokus
    4. Punya integritas
    5. Tahu prioritas
    6. Berpikir smart
    7. Disiplin dan tepat waktu
    8. Kompak
    9. Menghormati tim dan atasan
    10. Seorang pemimpin harus bisa mengontrol bawahannya.
    11. dll

    Segini aja ya, ntar gak kepanjangan. Yang lain gimana?

  6. @Novi

    Mbak Novi yang point nomor 10…
    hmm menurutku ga cuma ngontrol, tapi yang lebih mendasar adalah, seorang pemimpin harus bisa mempengaruhi (paling tidak bawahannya) untuk sejalan dengan visinya…atau “mendaratkan” visinya kepada bawahannya.
    Sekarang jarang ditemui pemimpin yang bisa mempengaruhi bawahannya, karena kebanyakan seorang pemimpin dengan menggunakan kekuasaan dan otoritasnya akan memaksa dan menuntut bawahan untuk melakukan apa yang dikehendaki.. jadi inilah sulitnya menjadi pemimpin yang berhasil atau kalau dengan bahasanya Rian: “pemimpin yang benar-benar pemimpin” hehe…Rian peace…

  7. Salah satu keuntungan nonton Apprentice adalah melihat dan belajar dari pengalaman orang lain — meneladani sikap kerja secara tim maupun individu yang baik/yang akan mendatangkan keberhasilan dan menghindari sikap kerja secara tim maupun individu yang tidak baik/yang akan membawa pada kegagalan.

    Dengan demikian, saya tidak perlu mengalaminya terlebih dahulu baru setelah itu belajar. Biar orang lain yang mengalaminya dan saya belajar darinya :p

  8. Aha!!
    Ngobrolin tentang Apprentice 3, sampai kapan pun ngga kan lupa. Banyak pelajaran yang bisa dipetik saat menontonnya. Seperti yang telah diutarakan rekan-rekan yang lain, Apprentice memberikan banyak pelajaran seputar kerja sama dalam tim, bagaimana menjadi leader (pemimpin) atau follower (pengikut) yang baik dan bijaksana, kepercayaan untuk mendelegasikan tugas sekaligus pemantauan yang tepat, dsb..

    Namun, selain dari film itu sendiri saya juga belajar dari opini teman-teman. Bagaimana mereka melihat sebuah kasus dari kacamata mereka yang tidak sama dengan cara pandang saya.

    That’s very very good training, anyhow.

    Ayooooooo, belajar….. 🙂


Leave a comment

Connect with Facebook

No trackbacks yet.